Mungkin sebagian perempuan memilih profesi menjadi seorang ibu rumah tangga merupakan suatu hal yang biasa. Tetapi bagi saya, itu hal yang  ruarrrr binasaaa... ehhhh luar biasa ding hehhehe.
Mau tahu kenapa menjadi luar biasa? karena pada saat saya memutuskan untuk berhenti bekerja, saya sedang lagi dipuncak kebahagiaan menjadi seorang karyawati.
***
Menjadi Super Mom
Menjadi istri dari seorang yang berfrofesi di "Dunia Penerbangan" membuat saya harus menerima resiko untuk ikhlas ditinggal setiap saat. Sedari awal saya  sudah  pertimbangkan, saat menerima pinangan darinya. Hampir 23 tahun usia pernikahan kami,  80%nya  sayalah yang mengasuh dan membesarkan ketiga anak-anak kami.
Suka duka dalam merawat dan membesarkan ketiga buah hatiku cukup menguras tenaga dan pikiran. Terkadang membuat saya sering cemas, ketika  anak-anak kompakan sakit, hati ini rasanya serba salah, mau info ke suami, takutnya akan mengganggu pada pekerjaannya. Saya tahu persis pekerjaan suami saya itu seperti apa, untuk itu saya berusaha meminimalis keluhan. Semua masalah sebisa mungkin saya selesaikan sendiri, dengan sekuat kemampuan saya.Â
Kalau dipikir-pikir koq bisa ya ? saya  mendapatkan kekuatan yang super.  Bisa setenang itu dan menikmati peran saya disaat harus menjadi orang tua tunggal saat suami dinas?
Kalau mau flash back, alias melihat kebelakang dari latar belakang kehidupan saya, Â sebenarnya gak mungkin banget deh saya bisa mandiri .. Saya adalah anak bungsu dari 12 bersaudara, yang sedikit tomboy, cuek dan manja, dan tak terbiasa berurusan dengan urusan rumah tangga.
Saat memutuskan untuk menikah, semua kakak saya hanya  terdiam heran, kemudian menertawakan saya. Mereka semua gak habis pikir, menurut mereka saya itu tidak bisa ngapa-ngapain selain belajar, ngelayap dan ngantor.
Untungnya saya  punya mami yang super sayang samaku, tiap kali kakakku mulai ngeledek dengan berbagai pertanyaan salah satunya yang menurut mereka sangat fatal " kelak setelah menikah nanti,  suamiku  kumasakin apa?", tiap kali juga mami selalu membelaku, kalau aku ini pintar, soal masak tinggal lihat buku masakan saja, kalau nanti keasinan tinggal dibuang saja masakannya, bikin yang baru saja lagi, itulah kata-kata  yang keluar dari mulut  mamiku.
Dan itu semua jadi kenyataan dari yang tidak bisa apa-apa akhirnya saya bisa melakukan apapun itu, pastinya  dengan bimbingan dari suamiku yang super sabar dan telaten dalam menghadapiku. Aku bersyukur dapat seorang suami yang hobby masak, dari dialah saya bisa belajar masak.  Ternyata benar juga kata-kata mutiara di Medsos "orang akan berubah  menjadi sesuatu pada waktunya". hahhahahha