Mohon tunggu...
Markus Fernando Siahaan
Markus Fernando Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Pengelana

Aktualisasi tanpa Batas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengelana

20 Februari 2021   23:35 Diperbarui: 20 Februari 2021   23:52 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap manusia yang sedang menjalani hidupnya tidak pernah terlepas dari kegiatan mencari, berusaha, bekerja, menikmati, dan memperjuangkan. Semua itu adalah bagian dari siklus dan jika hal itu tidak berjalan maka saya rasa hidup ini sudah mati.

Bukanlah menjadi suatu harapan jika seseorang hidup hanya sebagai benalu kecuali dalam beberapa faktor seperti keadaan lanjut usia, sakit, atau lumpuh. Nah, siklus dari kegiatan kehidupan manusia itu agaknya dapat kita sebut sebagai kegiatan "mengelana".

Mengelana merupakan suatu kata kerja dimana kita dituntut untuk tidak berhenti dalam bertindak. Tentu, tindakan yang menjadi harapan adalah keseluruhan dari tindakan positif yang memang dalam ekspektasi dan realita harus mampu meningkatkan kualitas hidup.

Ada berbagai hal yang dapat dilakukan untuk mengelana di dalam hidup ini, terlebih di usia muda. Namun memang, mengelana dengan keterbatasan niat adalah hal yang amat sangat menjadi masalah. Bukan menjadi pribadi yang semakin melahirkan hal-hal baru, kita bisa menjadi sumber masalah jika menanamkannya di dalam diri kita.

Ada satu hal baru dan mungkin akan menjadi hal yang permanen dalam hidup saya saat ini terkait bahan dari mengelana. Kegiatan yang saya maksud adalah membaca dan menulis. Ya, merupakan suatu hal biasa dan tentu semua orang bisa melakukannya, "membaca dan menulis". 

Namun yang saya maksud saat ini adalah membaca berbagai sumber bacaan dan kemudian merangkai suatu rangkaian kata dan kalimat baru untuk melahirkan sebuah tulisan yang merupakan karya sendiri. Memang saya tidak begitu hebat, namun saja ingin mencoba serius di bidang ini.

Membaca dan menulis sebenarnya merupakan suatu hal yang simple, mudah dilakukan, namun sulit untuk menjadikannya sebagai kebiasaan jika tak ada niat. Banyak pihak yang menyepelekan rutinitas menulis dan membaca namun tidak pernah mencoba menggelutinya.

Fakta inilah yang membuat nilai elektabilitas pembaca dan penulis tidak begitu populer di kalangan masyarakat. Yang lebih tragis adalah saat orang lain menyampaikan bahwa kegiatan baca tulis adalah kegiatan penghabisan waktu tanpa benefit.

Berbicara tentang benefit, membaca dan menulis adalah kegiatan yang memiliki sejuta manfaat. Ya, sejuta manfaat karena jika diuraikan satu per satu pun tidak akan ada habisnya. Karena apa? Ya, karena yang saya baca dan tulis dengan yang saudara baca dan tulis itu tentu berbeda. 

Jadi, manfaat membaca dan menulis itu bahkan lebih dari sejuta. Tidak hanya dalam lini pengetahuan seperti memperbanyak kosa kata, membaca dan menulis dapat menstimulasi mental sembari mengurangi stress. Tidak hanya itu lagi, otak akan semakin diransang sehingga memori yang bermasalah akan semakin membaik.

Sungguh tak terduga karena teramat sering disepelekan tanpa mencari tahu apa saja manfaat membaca dan menulis. Otak yang sudah diransang sejak awal akan menghasilkan keterampilan berpikir analitis yang baik.

Tidak hanya itu, daya konsentrasi juga akan semakin meningkat, walau bagi pemula pegiat aktivitas membaca akan merasa kantuk saat pertama-tama membaca teks panjang atau teks bersambung. Namun yang pasti, jika kita menekuni kegiatan ini maka ketenangan akan hadir asal sesuai antara mood dengan bahan bacaan atau tulisan (Supriadi: 2017).

Hiburan gratis juga merupakan bagian dari benefit membaca dan menulis. Dan lagi membaca dan menulis juga akan membantu kita mengelilingi dunia tanpa harus berkunjung, terlebih di masa pandemik saat ini.

Banyaknya sumber bacaan tidak akan mengizinkan kita tertidur pulas tanpa pemikiran akan hari esok. Beruntunglah mereka yang tidak memiliki rasa bosan dalam membaca dan menulis, hal itu harus dipertahankan, ditingkatkan, dan dijadikan sebagai bahan saluran berkat.

Keterampilan tentu saja akan semakin berkembang lewat kegemaran dalam membaca dan menulis. Dari keterampilan yang ada maka bukan menjadi masalah jika kita harus memiliki mimpi menjadi seorang penulis mungkin dimasa yang akan datang yang tulisannya dibaca banyak orang atau bukunya jadi bahan rebutan.

Tetapi jangan terfokus pada titik itu saja, kreativitas lain mungkin saja hadir dan memang itulah yang harus diperjuangkan dalam membaca apapun dan menulis apapun.

Dalam bahasa saya, ada komentar yang timbul bahwa membaca dan menulis memiliki banyak tantangan atau bahkan persoalan. Yang pertama adalah kesulitan membagi waktu dan bagaimana memilih mengutamakan prioritas.

Ya, hal yang saya coba dalam mengatasinya adalah tidak menyerah. Tunjukkan saja kita bisa dan selalu mendukung satu dengan yang lain supaya tidak ada percekcokan antar pihak. Rasa empati yang amat dibutuhkan dan harus langsung dikuasai.

Masalah yang terakhir adalah timbulnya peribahasa, "semakin dibabat semakin merambat". "Semakin banyak membaca semakin banyak yang tidak diketahui". Berat iya, sebab jika halaman satu sudah kita baca, maka semua halaman dalam buku itu harus kita baca.

Tidak ada standar kebenaran tingkat manusia dikatakan sudah pintar atau berilmu. Tugas kita adalah semakin memperdalam dan tetap merasa haus akan pengetahuan.

Mari mengelana, dalam aktualisasi tanpa batas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun