Batas-batas Pertanyaan
Seringkali kita bertanya-tanya dan bersoal jawab tentang dunia, mengapa?. Kita manusia adalah makhluk hidup yang mampu berbahasa dengan baik, inilah juga membedakan kita dengan mahluk hidup yang lain. Ketika bahasa terbentuk maka akan diikuti berbagai pertanyaan tentang bahasa itu sendiri. Filsuf Ludwig Witgenstein, berpendapat bahwa bahasa hanyalah permainan kata contohnya filsafat. Sehingga membuat karya nya Logico Philosophy. Untuk mengerti akan makna maka kita harus benar-benar membahas soal bahasa. Â
Kembalikan sesuai judul kita, pernahkah kita berpikir terkait bagaimana bertanya tentang batasan pertanyaan, atau epistemnya?. Bagi saya pertanyaan itu ada batasannya, misalkan kalau kita bertanya soal diri orang lain tentu kita harus belajar ilmu sikologi agar memudahkan kita bertanya. Sebab dengan bertanya kita musti berpikir dulu baru tanya. Walaupun, sikologi tidak seratus persen benar tetapi ini menjadi gerbang kita. Selain sikologi, ada agama, sejarah, filsafat, dan ilmu alam.Â
Bila kita bertanya, Pahamilah tujuan bertanya; maksud, motivasi, dan nilai. Ini mendeskripsikan bahwa kita mau benar-benar ingin tahu, ada dorongan yang kuat dan apa yang kita dapatkan dari pertanyaan yang diajukan. Terserah anda mau menggunakan metode kualitatif atau kuantitatif tetapi semuanya akn menuju kepada keterbatasan. Dalam sosiologi disebut "chaos", artinya suatu bentuk pertanyaan akan kembali ke semula bentuknya.Â
Apa itu Pertanyaan?Â
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan seperti bertanya soal Tuhan, alasan fenomena yang terjadi, dan evolusi. Ini terlalu luas dan belum final dan memang tak pantas diajukan. Hanya saja kita memang harus diajarkan untuk memahami setiap sebagian jawaban yang sudah terjawab secara turun temurun dalam sejarah. Pertanyaan soal evolusi, misalnya adalah hanya dapat dipahami melalui teori dan karena keterbatasan kita maka yang perlu didapatkan jawaban yang ada hanya satu ada secara luas tanpa mempertanyakan dan membandingkan dengan agama. Sebab agama itu sudah memberikan kisi-kisi soal evolusi di dalam Alkitab. Kisah Penciptaan soal Taman Eden dan manusia. Evolusi itu spekulatif yang terbatas dari teori Charles Darwin. Setalah kita belajar toerinya dan perbanyak referensi, tidak perlu kita tanyakan lagi atau generasi selanjutnya bertanya lagi karena ini kesalahan sebenarnya. Bertanya itu harus ke sesuatu yang pasti seperti menguji teori-teori dan logika tanpa harus merujuk ke pertanyaan yang sudah terjawab dalam sejarah.Â
Pertanyaan tentang Tuhan itu terbatas sehingga kita tak pernah puas untuk bertanya maka baiknya kita harus beralasan untuk membuat analogi-analogi untuk bertanya. Summa Theologi karya ST. Thomas Aquinas, cukup mengajarkan kita soal Tuhan versi Kristen. Dimana Ia mengatakan bahwa Allah itu dapat dikenal hanya melalui analogi.Â
Bertanya soal Sains memang akan diberikan jawaban berupa teoritis dan fakta. Tetapi bila kita menggunakan sains untuk menguji pertanyaan-pertanyaan seputar Tuhan tetap kita akan jatuh kepada keterbatasan. Alkitab sudah membicarakan bahwa bumi adalah tumpuan kaki Allah, dengan sains kita hanya mengerti bumi tetapi bagaimana dengan kaki Allah?. Dalam bumi secara fisika ada gravitasi begitupun gaya gravitasi pada planet-planet lainnya. Jadi di Alkitab secara eksplisit bahwa wujud Allah itu seperti manusia, mungkinkah ini analogi yang dibuat oleh Allah untuk membentuk persepsi kita agar percaya bahwa ada keterbatasan? Atau justru sebaliknya?.Â
Ada semacam manusia yang tak terbatas (Allah) yang menunjukkan perbandingan antara yang terbatas dan tidak terbatas. Kisah Allah dan Nabi-nabi-Nya memang cukup mengingatkan kita bahwa ada wilayah yang tak terbatas maka untuk masuk ke ruang yang tak terbatas harus ada perwakilan dari yang terbatas seperti manusia misalnya. Kisah Yesus pun, demikian mengajarkan bahwa kebangkitanNYA adalah membuktikan akan sesuatu gambaran ketidakterbatasan itu ada. Hanya saja tidak semua manusia percaya. Bila kita tidak percaya, mengapa harus terus bertanya soal ketidakterbatasan atau tak terbatas itu?, harusnya kita merujuk ke sesuatu yang tak terbatas untuk menjawab yang terbatas.
Secara fisika kita membuktikan thesis alkitab soal bumi tetapi tidak dapat membuktikan kaki Allah. Ini jawaban yang memang setengah kita tahu 50%, ini juga berarti bahwa memang ada hal-hal yang tidak perlu kita mengetahuinya. Mengapa?, karena sudah kita tidak akan menemukan jawabannya. Kecuali, oknum-oknum yang lahir melawan hukum-hukum alam lah yang dapat mungkin menjelaskan fenomena tersebut. Dalam sejarah memang Yesus dan beberapa nabi-nabi dan rasul mengalami pelanggaran hukum alam. Nabi Elia dan Henok terangkat hidup-hidup ke langit. Yesus Kristus bangkit dan terangkat ke langit. Rasul-rasulnya mati mengerikan karena Yesus pernah mengatakan bahwa " ke tempat aku pergi kamu tidak akan datang karena kamu akan mati karena dosa-dosa mu".
Pertanyaan-pertanyaan yang tak pantas