Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang semestinya menjadi simbol kepedulian negara pada anak-anak justru berulang kali tercoreng kasus keracunan massal. Data resmi mencatat ribuan korban, dari Sumatra hingga Papua, tetapi alih-alih fokus mencari solusi, Badan Gizi Nasional (BGN) memilih membela diri dengan membandingkan: "Negara lain juga keracunan."
Deputi BGN bahkan sempat menangis di hadapan wartawan. Publik berharap air mata itu menjadi tanda keseriusan. Namun yang muncul hanyalah retorika: menyebut Amerika dan Brasil pun pernah punya kasus serupa. Klaim ini pun sulit diverifikasi. Tidak ada laporan kredibel yang mencatat 16.000 anak keracunan di AS atau 26.000 di Brasil sebagaimana disebut.
Masalahnya sederhana: apa relevansi kesalahan orang lain dengan tanggung jawab kita? Anak-anak Indonesia yang sakit hari ini tidak akan sembuh hanya dengan mendengar bahwa anak-anak di luar negeri juga pernah keracunan. Aristoteles pernah berkata, "Etika bukan teori, melainkan praktik." Artinya, pejabat tidak dinilai dari analogi, melainkan dari langkah nyata memperbaiki sistem.
Ringkasan Berita
Program MBG kembali jadi sorotan setelah kasus keracunan massal di sejumlah daerah. Alih-alih menampilkan rencana penyelesaian konkret, BGN justru mengutip pengalaman negara lain. Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, menyebut bahwa di Amerika Serikat sekitar 16.000 anak terdampak pada periode 1990--1999, sementara di Brasil 26.143 anak tercatat dalam periode 2000--2018.
Ia juga menegaskan bahwa penyebab keracunan di Indonesia bervariasi---mulai dari pergantian pemasok, proses pengolahan makanan yang terlalu lama, hingga lemahnya pengawasan mutu. Data resmi BGN mencatat 70 kasus keracunan MBG sepanjang Januari--September 2025 dengan korban 5.914 penerima manfaat. Angka lain bahkan lebih tinggi: Kepala BGN menyebut 6.517 orang, sementara Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat 8.649 siswa.
Cek Fakta: Benarkah Amerika dan Brasil Pernah Sama?
Klaim itu terdengar dramatis, tetapi sulit diverifikasi. Tidak ada publikasi resmi yang mencatat 16.000 kasus keracunan dalam program nasional di AS. Begitu pula dengan Brasil---angka 26.143 korban tak muncul dalam laporan pemerintah atau jurnal internasional.
Dengan demikian, perbandingan BGN lebih mirip narasi defensif ketimbang fakta terbuka. Analogi "negara lain juga keracunan" akhirnya tak lebih dari jurus whataboutism: menunjuk kesalahan orang lain agar kesalahan sendiri terasa ringan.
Tanggung Jawab Bukan Soal Perbandingan