Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menjual Jokowi

27 September 2025   13:15 Diperbarui: 27 September 2025   13:15 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi berpakaian adat (Detik.com)

Apa yang Bisa Dipelajari?

Pertanyaan krusial: apa yang sebenarnya bisa dipelajari para politikus dari Jokowi? Jawabannya sederhana: seni membaca publik. Jokowi, sejak masih Wali Kota Solo, lihai menangkap aspirasi rakyat kecil. Ia tahu bahwa citra kesederhanaan, blusukan, dan bahasa yang merakyat adalah "paket lengkap" yang bisa membangun kedekatan emosional dengan rakyat. Itu bukan hanya pencitraan, melainkan strategi komunikasi politik yang efektif.

Sayangnya, banyak politisi kini lebih sibuk membangun istana kata-kata dibanding bekerja di lapangan. Mereka lupa pepatah kuno Tiongkok: "Rakyat adalah air, penguasa adalah perahu. Air dapat mengangkat perahu, tapi juga dapat menenggelamkannya." Jokowi berhasil menjaga perahu tetap terapung karena mengerti kapan harus mendayung dan kapan harus membiarkan arus membawa.

Menjual yang Tidak Pernah Habis

Pada akhirnya, fenomena "menjual Jokowi" menunjukkan satu hal: dalam politik, figur lebih penting daripada struktur. Meski sudah tidak menjabat, Jokowi tetap menjadi variabel utama dalam kalkulasi politik nasional. Popularitasnya, baik positif maupun negatif, adalah aset yang terus diperdagangkan.

Mungkin kita memang bangsa yang gemar mencari kambing hitam sekaligus pahlawan dalam satu sosok. Jokowi, entah suka atau tidak, sudah memenuhi dua-duanya. Seperti kata Voltaire, "Yang sempurna adalah musuh dari yang baik." Jokowi mungkin jauh dari sempurna, tapi justru di situlah nilai jualnya. Ia tetap relevan karena terus diperdebatkan, dijadikan bahan diskusi, bahkan bahan gosip absurd.

Sampai kapan nama Jokowi bisa terus dijual? Selama publik masih haus figur dan politisi malas bekerja keras membangun brand sendiri, jawabannya jelas: masih lama.***MG

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun