Syarat Agar Tim Independen Betul-Betul Efektif
Agar tidak sekadar menjadi simbolisme, tim independen harus dibangun dengan fondasi kuat. Mandatnya harus dirumuskan dengan jelas: jangka waktu, cakupan wilayah, jenis pelanggaran, siapa saja subjek penyelidikan. Anggota tim harus dipilih dari pihak yang kredibel: akademisi, tokoh HAM, masyarakat sipil, dengan reputasi tak tercela dan independen dari struktur kekuasaan.
Wewenang hukum harus nyata --- akses ke dokumen pemerintah/aparat, rekaman video, saksi; fasilitas keamanan dan perlindungan buat korban dan pelapor yang takut. Tanpa ini, banyak fakta penting bisa hilang.
Transparansi adalah jantungnya: laporan akhir harus dipublikasikan secara utuh, disertai metodologi penyelidikan; ada laporan sementara agar masyarakat bisa melihat progres; ada mekanisme umpan balik atau klarifikasi jika ada saksi yang menyebut hal berbeda.
Durasi dan tenggat waktu juga penting: penyelidikan tidak boleh berlarut-larut tanpa kepastian, karena waktu yang panjang bisa membuat bukti rusak, saksi lupa, publik kapok menunggu.
Partisipasi publik dan pengawasan luar: media, LSM, korban harus diberi ruang untuk ikut serta menjaga agar investigasi tidak diselewengkan dari tugasnya.
Risiko Kegagalan Jika Tidak Ditegakkan
Jika tim independen gagal memenuhi syarat-syarat tersebut, bahaya yang muncul tidak kecil. Ia bisa menjadi alat politik untuk meredam kritik, sementara hasilnya dibungkam. Anggota tim yang memiliki afiliasi kekuasaan bisa membuat laporan berat sebelah. Bukti hilang, saksi takut berbicara, korban terlupakan. Laporan bisa berhenti jadi dokumen yang menguap di ruang institusi tanpa tindakan hukum nyata. Kepercayaan publik semakin terkikis --- bukan hanya terhadap pemerintahan sekarang, tetapi terhadap institusi demokrasi secara keseluruhan.
Refleksi Filosofis
Dalam tradisi moral dan politik, keadilan bukanlah pelengkap, melainkan inti dari legitimasi. John F. Kennedy pernah berkata bahwa keadilan adalah pondasi perdamaian; Martin Luther King Jr. memperingatkan bahwa ketidakadilan di satu tempat adalah ancaman terhadap keadilan di mana pun. Plato mengingatkan bahwa kekuasaan tanpa keadilan berubah menjadi tirani.
Kata-bijak semacam itu mengingatkan bahwa keadilan bukanlah hadiah yang dipilih pemerintah untuk diberikan, tetapi tuntutan yang tak bisa dinegosiasi oleh rakyat terhadap negara.