Dengan tidak terikat dalam struktur pemerintahan, NasDem mungkin berusaha menjaga citra sebagai partai yang tidak hanya berorientasi pada kekuasaan, tetapi juga pada gagasan dan solusi. Ini adalah langkah yang berisiko, tetapi jika dijalankan dengan baik, bisa memperkuat posisi mereka di mata pemilih pada pemilu mendatang.
Apa Langkah Berikutnya?
Penolakan NasDem untuk masuk kabinet Prabowo-Gibran membuka banyak spekulasi. Apakah ini penolakan yang tulus, atau bagian dari strategi politik yang lebih besar?Â
Apakah NasDem benar-benar akan berperan di luar pemerintahan, atau mereka hanya menunggu tawaran yang lebih baik? Waktu yang akan menjawab. Yang jelas, NasDem telah menunjukkan bahwa mereka tidak takut untuk mengambil posisi yang berbeda dari kebanyakan partai politik lainnya.
Jika NasDem benar-benar berniat untuk berkontribusi melalui pemikiran dan gagasan, maka langkah ini bisa menjadi awal dari peran baru mereka dalam politik Indonesia---sebagai partai yang tidak hanya mencari jabatan, tetapi juga berperan sebagai penggerak ide-ide besar yang dapat membantu memajukan bangsa.Â
Namun, jika ini hanyalah bagian dari negosiasi, maka NasDem bisa jadi sedang menunggu saat yang tepat untuk masuk ke dalam lingkaran kekuasaan dengan posisi yang lebih menguntungkan.
Pada akhirnya, politik selalu penuh dengan dinamika yang tidak terduga. Penolakan NasDem ini hanya satu episode dari serangkaian langkah-langkah politik yang akan menentukan wajah pemerintahan Indonesia dalam lima tahun ke depan.Â
Pertanyaan yang menarik untuk diajukan adalah: Apakah ini benar-benar penolakan? Atau hanya bagian dari permainan politik yang lebih rumit?***MG
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI