Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Utak-atik Angka Kemenangan, Tujuannya Apa?

12 Juni 2019   16:05 Diperbarui: 19 Juni 2019   01:04 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: antara

Besar kecilnya angka menentukan menang kalahnya kontestasi Pilpres. Semua orang tahu hal itu. 

Namun, angka kemenangan yang berubah-ubah, tentu sesuatu yang layak untuk dipertanyakan. Karena setiap perubahan angka seharusnya punya alasan dalam proses perhitungan dan metode yang dipakai.

Kelihatannya tim Prabowo mempunyai reputasi tertentu dalam mengutak-atik angka kemenangan tersebut. 

Mari kita telusuri dari awal misteri angka kemenangan tim Prabowo ini.

Sejak awal masa kampanye Tim Prabowo sudah mengeluarkan hasil tandingan yang berbeda dari hasil survei lembaga-lembaga independen. Semua hasil surveiereka itu dilabeli "hasil survei internal". 

Biasanya angka-angka hasil survei itu dinyatakan oleh para politikus koalisi Prabowo tanpa menyebutkan metode, kapan dilakukan serta siapa nama orang di balik hasil survei tersebut.

Hasil itu secara bertahap bertambah sampai akhirnya dikatakan bahwa Jokowi sudah ketinggalan.

Puncaknya saat semua hasil quick count dari lembaga survei mengumumkan prosentase angka Pilpres yang memenangkan Jokowi dalam kisaran 54 - 55 %, tim Prabowo dengan percaya diri mengatakan hasil mereka bahwa Prabowo menang dengan angka 62%. 

Angka itulah yang dipegang Prabowo untuk memproklamirkan kemenangannya.

Setelah ditelusuri dan dicari akhirnya muncul satu lembaga yang mengaku sebagai pemasok data hasil Survei ke tim Prabowo.

Lembaga Afiliasi Penelitian dan Teknologi (Lapitek) Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI) kembali merilis prediksi hasil Pilpres 2019, berdasarkan survei form C1. Hasilnya pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno disebut unggul 62,20 persen, sedangkan Joko Widodo-Ma'ruf Amin 35,90 persen.

Namun entah mengapa, angka ini berubah lagi. Hal itu terungkap ketika tim Prabowo melakukan acara buka - bukaan data di acara "Mengungkap Fakta-Fakta Kecurangan Pilpres 2019" di Grand Sahid Jaya Hotel Jakarta Selasa (14/5) sore. 

Saat itu anggota Dewan Pakar BPN Laode Masihu Kamaludin mengatakan data tersebut merupakan hasil penghitungan internal C1 dari 444.976 TPS (54,91%) per 14 Mei 2019 pada pukul 12.28 WIB. Perolehan suara rival mereka Jokowi-Maruf diketahui mencapai 44,14 persen.

Hasil ini menurut mereka adalah hasil final. 

Namun rupanya masih ada perubahan lagi. 

Terakhir, dalam dokumen perbaikan yang dikirimkan ke MK, tim Prabowo mengubah lagi angka kemenangan menjadi 52%.

Sebagian perbedaan antara hitungan KPU dan Tim Prabowo itu adalah:

Prabowo mengakui penghitungan suara dirinya dari KPU di Jawa Barat (16.077.466 suara), Jawa Timur (8.441.247 suara), Yogyakarta (742.481 suara), dan Jawa Tengah (4.944.447 suara). Namun Prabowo-Sandi menuding KPU menggelembungkan suara Jokowi-Ma'ruf, yaitu:

1. Jawa Barat, dari 7.666.703 suara menjadi 10.750.568 suara.
2. Jawa Timur, dari 12.034.677 suara menjadi 16.231.668 suara.
4. Yogyakarta, dari 1.397.172 suara menjadi 1.655.174 suara.
5. Jawa Tengah, dari 14.023.310 suara menjadi 16.825.511 suara.

Melihat semua perubahan angka - angka ini terus terang banyak yang merasa bingung. Sebenarnya mana data yang benar benar valid. Perubahan yang diberikan pun sepertinya terlalu mudah mereka lakukan.

Ada kesan bahwa angka-angka tersebut hanya sebagai alat psikologis untuk membingungkan masyarakat. Kebingungan yang menyebabkan saling curiga. Apalagi ditambah dengan bumbu kecurangan dan penggelembungan suara.

Sebenarnya, jika dilihat proses penghitungan yang ada, di mana dari tingkat TPS sampai dengan nasional selalu ada saksi dari semua pihak maka hampir tidak mungkinlah kecurangan masif terjadi. Karena di setiap tingkat ada kesempatan untuk dikoreksi oleh semua pihak.

Juga setiap pihak memegang copy perhitungan yang bisa di kroscek setiap tingkatan. 

Dan sebenarnya, justru hasil survei yang dilakukan oleh para lembaga independen, salah satu maksud utamanya adalah untuk mendeteksi jika ada anomali atau kecurangan yang terjadi.

Dalam hal ini, nampaknya hasil survei para lembaga survei independen tersebut hampir sama dengan hitungan real KPU.

Kembali pada utak-atik angka kemenangan. Kita harapkan MK sungguh bisa membuktikan perhitungan mana yang benar - benar bisa dipertanggungjawabkan dan semua pihak legowo dengan hasil MK tersebut.***MG  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun