Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Balada Rantai Sepeda Jokowi

18 Mei 2019   17:23 Diperbarui: 20 Mei 2019   08:58 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: kompas.com

Situasi nampaknya semakin panas. Ada kesan masing-masing kubu sudah bersikeras dengan sikap dan pendiriannya.

Rencana demo turun ke jalan dan penggalangan masa nampaknya semakin gencar. Pihak keamanan pun sudah bersiap-siap. Bantuan personel keamanan dari pelbagai daerah pun berdatangan ke Jakarta.

Ini sungguh situasi yang tidak kita harapkan. Sebenarnya ada satu solusi paling efektif untuk meredakan ketegangan ini: Jokowi dan Prabowo bertemu.

Dengan bertemunya kedua tokoh sentral ini maka sudah pasti akan mendinginkan suasana. Meskipun dalam pertemuan itu tidak dibicarakan apakah masing - masing kubu menerima kemenangan atau kekalahan.

Dengan bertemu saja, maka secara psikologis akan menyebabkan kedua massa pendukung melihat bahwa keduanya tidak punya konflik pribadi. Dengan ini berarti konflik horizontal bisa dihindarkan.

Apakah hal ini mungkin terjadi? Sangat mungkin, apalagi jika Jokowi mengambil inisiatif. 

Sebenarnya, sebelumnya sudah ada inisiatif Jokowi untuk bertemu dengan Prabowo. Hanya saja waktu itu dia .masih menggunakan perantara Luhut Panjaitan. Nampaknya rencana pertemuan itu menemui jalan buntu. Prabowo masih enggan untuk menemui utusan Jokowi itu.

Sesungguhnya sudah ada usul dan sekaligus kode dari Sandiaga Uno yang mengatakan, ada baiknya Jokowi langsung bertemu dengan Prabowo tanpa perantara. Entah mengapa Jokowi tidak menyambut usul tersebut. Nampaknya karena bertemu langsung dengan Prabowo gagal, Jokowi memilih jalan memutar. 

Dia kemudian menemui para tokoh koalisi Prabowo. Pertama dia bertemu ketua PAN Zukifli Hasan. Kemudian Jokowi mengundang AHY dari Partai Demokrat.

Strategi "makan bubur panas" ini nampaknya cukup berhasil. Terlihat ikatan koalisi Prabowo dengan kedua partai itu melemah. 

Bahkan ada tokoh dari kedua Partai itu yang secara terang - terangan mengkritisi kebijakan yang diambil Prabowo. Dari PAN ada suara Bara Hasibuan dan dari Demokrat ada kritikan dari Andi Arief.

Tapi rupanya walaupun mulai ditinggalkan oleh koalisinya, Prabowo tidak semakin melemah, tapi justru semakin keras. Hal itu nampak dari tindakan dan ucapannya.

Dengan tegas dia menyatakan menolak hasil Pilpres. Kemungkinan untuk melakukan perlawanan jalanan pun kelihatannya bisa menjadi pilihan, karena Prabowo menolak membawa perkara kecurangan yang dituduhkan ke MK. "Kami akan berjuang sampai tetes darah penghabisan", tekadnya.

Dalam sikapnya ini, walau ditinggalkan oleh partai koalisinya, Prabowo masih menaruh harapan akan tetap banyak mendapat dukungan dari barisan FPI, alumni 212 dan mantan anggota HTI. 

Situasi ini justru lebih berbahaya karena resiko konflik horizontal menjadi lebih besar.

Mudah - mudahan dengan melihat situasi ini Jokowi mau lebih serius untuk bertemu secara pribadi dengan Prabowo. Toh dia sudah mengatakan pada saat debat bahwa, "Walaupun rantai sepeda bisa putus, tapi hubungan persahabatan dan silaturahmi dengan Pak Prabowo tidak akan putus". 

Moga balada rantai sepeda dari Jokowi ini bisa terwujud.***MG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun