Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Anomali Elektabilitas Jokowi

10 Maret 2019   20:29 Diperbarui: 10 Maret 2019   20:45 1047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: kompas.com

SMRC baru saja saja merilis hasil survei mereka yang terbaru. Hasilnya masih memenangkan pasangan Jokowi - Ma'ruf 54,9%, Prabowo - Sandi 32,1%. 

Kali ini penulis tidak mau membahas hasil survei ini, tapi akan membandingkan dengan survei yang juga dilakukan oleh SMRC bulan Oktober 2018 mengenai tingkat kepuasan terhadap kinerja Jokowi. 

Saat itu berdasarkan hasil survei, masyarakat yang merasa puas dengan hasil kinerja Jokowi selama 4 tahun mencapai 73,4 persen. 

Jika dibandingkan dengan hasil prosentase elektabilitas nya saat ini yang hanya 54,9% maka pasti kita bertanya mengapa perbedaan antara kepuasan dan memilih Jokowi mempunyai angka yang berbeda? Apa saja yang bisa menjadi alasan anomali ini?

Yang pertama pastilah kita curiga apakah metode survei yang dipakai tidak keliru? 

Namun jika melihat SMRC sebagai lembaga survei yang sudah cukup lama, bahkan salah satu lembaga survei yang pertama, di mana hasil survei mereka cukup kredibel,  maka alasan ini mungkin bisa kita singkirkan.

Alasan lain, kemungkinan masih ada masyarakat yang walaupun cukup puas dengan kinerja Jokowi, tapi pada saat ditanya siapa yang dipilih masih belum mau menyampaikan pilihannya atau masih ragu. Masih ada 13% yang masuk pada kategori ini. 

Tentu alasan mereka bervariasi. Bisa saja mereka punya prinsip bahwa pemilu ini rahasia, atau mereka memang masih ragu dan mencoba melihat sampai saat terakhir baru menentukan pilihan.

Hal yang patut diperhatikan dengan adanya anomali ini adalah pengaruh dari kampanye, terutama kampanye hitam yang memang sangat sering terjadi. Terutama hoax dan fitnah yang mengarah pada petahana. Jokowi sendiri nampaknya cukup khawatir mengenai hal ini. Menurut Jokowi berdasarkan hasil survei, ada sekitar 9 juta orang yang percaya akan kabar bohong dan fitnah tersebut.

Jika alasannya adalah hal ini, maka kita perlu waspada dan prihatin. Sebab apapun hasilnya nanti, jika begitu banyak orang yang kurang kritis terhadap kabar bohong dan fitnah, maka ini adalah bagai ladang subur untuk bom waktu yang bisa digunakan oleh tangan tangan hitam untuk mengganggu keamanan dan kedamaian negara ini.

Dan sudah tentu kita harapkan, pemilu ini bukanlah hasil dari strategi jahat yang menghalalkan segala cara untuk menang. Karena kalau itu yang terjadi, artinya kita sedang mempertaruhkan nasib bangsa ini dengan strategi yang tidak terpuji.***MG

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun