Media sosial Indonesia sedang diramaikan oleh tren viral "Rp10 ribu di tangan istri yang tepat". Konten-konten ini menampilkan ibu rumah tangga yang mengaku mampu memasak, belanja bahan, bahkan menabung sedikit hanya dengan uang belanja harian Rp10.000. Inti dari tren ini adalah memamerkan kreativitas, pengelolaan uang yang hemat, dan seolah-olah menjadi tolok ukur kehematan rumah tangga.Â
Tapi, benarkan tren ini realistis untuk kebanyakan keluarga di Indonesia? Dan apa efeknya kalau dijadikan standar? Berikut uraian singkatnya.
Apa yang Viral Itu
Konten tersebut biasanya menunjukkan resep sederhana: tempe, kangkung, kadang telur puyuh, dengan bumbu minimal. Bahkan ada yang mengklaim masih bisa menabung meski hanya dengan Rp10 ribu per hari.Â
Beberapa kreator juga mempunyai kebun atau sumber pangan sendiri (sayur, peternakan kecil), yang membantu memangkas biaya.Â
Tujuannya sering dikemas sebagai inspirasi: "lihat betapa kreatifnya istri mengelola keluarga," terutama di tengah kenaikan harga bahan pokok.Â
---
Kenapa Banyak yang Mengkritik
Para ahli gizi menyoroti bahwa meskipun makanan sederhana mungkin bisa "kenyang", kemungkinan besar asupan gizinya tidak mencukupi, terutama protein hewani, vitamin, mineral.Â
Ada istilah hidden hunger --- yaitu keadaan di mana tubuh tampak cukup makan, tetapi kekurangan mikronutrien penting. Tren ini dikhawatirkan memperkuat persepsi bahwa standar pemenuhan gizi bisa diremehkan.Â
Di kota besar dengan harga pangan tinggi, Rp10 ribu bisa sangat terbatas. Harga sayur, bumbu, bahkan gas dan biaya transportasi atau listrik ikut menghitung.Â