Kamis, 13 Februari 2025
Kej 2:18-25; Mrk 7:24-30
Bacaan Injil hari ini berisikan kisah heroik seorang ibu yang mengharapkan kesembuhan bagi anaknya yang sedang sakit, yakni kerasukan roh jahat. Yang menarik dari bacaan ini adalah keberanian sang ibu untuk datang pada Yesus.
Mengapa ibu ini disebut berani? Injil menyebut ibu ini adalah seorang Yunani bangsa Siro-Fenisia (7:26). Dalam dunia Kitab Suci, Yunani merupakan sebuah bangsa yang terkenal karena paham helenisme. Oleh karena kampanye besar-besar yang dilakukan Alexander Agung, maka helenisme hampir-hampir mempengaruhi seluruh wilayah jajahan orang Yunani, termasuk Israel. Kampanye Alexander Agung ini kemudian disebut sebagai helenisasi, sebuah usaha Alexander Agung untuk meng-Yunani-kan wilayah jajahannya.
Helenisme telah menjadi sebuah budaya yang cukup mempengaruhi kehidupan orang-orang di wilayah jajahan orang Yunani. Helenisme dengan mudah menjadi bagian yang melekat pada diri orang karena telah menjadi seperti budaya, semacam sebuah gaya hidup.
Sebagai bangsa yang kuat akan budaya, orang-orang Israel sebenarnya menentang pengaruh budaya helenisme. Orang Israel berakar kuat pada cara hidup mereka yang diwariskan secara turun temurun. Meski Israel pernah dijajah Yunani, namun banyak dari mereka yang tetap setia mempertahankan budaya mereka.
Tentu saja, cara orang Israel mempertahankan budaya adalah dengan mempertahankan identitas mereka. Salah satunya adalah sunat. Sunat adalah yang paling membedakan antara orang Yunani dengan orang Israel. Mengapa demikian, karena sunat menjadi identitas yang paling mencolok yang tidak bisa hilang dari tubuh orang Yahudi. Persis inilah yang pernah dihadapi oleh Makabe. Sayang sekali, banyak orang Yahadi yang menghilangkan kulup karena tidak tahan untuk menjadi berbeda (bdk 1 Mak 1:15).
Kuatnya pengaruh helenisme yang terasa dalam Kitab Yesus bin Sirakh. Kitab ini berisikan nasihat-nasihat orang tua kepada anak-anak mereka. Katakanlah, nasihat orang tua kepada anak sebelum pergi merantau. Dalam nasihat itu, anak-anak Yahudi harus bangga dan terus berpegang pada tradisi keyahudian dan bangga pada tokoh-tokoh beriman dari kalangan Yahudi (bab 44-49).
Sangat kelihatan bahwa Kitab Yesus bin Sirakh mengajak para pembacanya untuk setia pada ajaran agama Yahudi. Kesetiaan pada Yudaisme menjadi bekal bagi anak-anak sebelum mengembara. Singkatnya, Kitab tersebut mengajak supaya anak-anak jangan terkontaminasi ajaran helenisme.
Selain beridentitas Yunani, ibu tersebut, dikatakan Injil, adalah seorang berbangsa Siro-Fenisia. Lokasi Siro-Fenisia ini terletak di Utara Israel. Yesus bertemu dengan ibu Yunani berbangsa Siro-Fenisia pada saat Dia berada di daerah Tirus (7:24). Jadi dapat dipastikan bahwa ibu ini adalah bagian dari penyembah dewa Baal.