Mohon tunggu...
Mario F. Cole Putra
Mario F. Cole Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Siapa-siapa

Orang yang Biasa-biasa Saja

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Haruskah Menyalahkan yang Gagal Penalti?

30 Juni 2021   09:28 Diperbarui: 30 Juni 2021   11:08 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Euro 2020 baru sekali menampilkan drama adu penalti. Laga 16 Besar yang mempertemukan Prancis vs Swiss, pada Selasa (29/6), adalah laga pertama yang dilanjutkan sampai adu tos-tosan. Di babak itu, Swiss keluar sebagai pemenangnya.

Babak tos-tosan itu menyeret nama Kylian Mbappe, superstar milik klub Paris Saint Germain. Pasalnya, Mbappe adalah penendang terakhir timnas Prancis, dan dia gagal melaksanakan tugas itu. Kegegalan Mbappe membuat Prancis gagal melangkahke babak 8 Besar.

Seperti sudah menjadi kebiasaan di kepala banyak orang. Ketika ada pemain yang gagal penalti, terlebih mereka yang berlabel bintang, cacian, makian, sindiran, meme-an datang dari segala penjuru mata angin. Semuanya tertuju kepada yang menyebabkan kegagalan itu.

Mbappe kini menjadi pemain kesekian yang mendapat hujatan dari hampir seantero manusia dunia ini. Ada beberapa nama yang sering mendapat hujatan. Mereka tidak lain tidak bukan adalah Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Mereka ini, mencetak gol via penalti saja sudah mendapat banyak hujatan, apalagi kalau mereka tidak mencetak gol penalti.

Sebelum Mbappe gagal mengeksekusi penalti, kemudian mendapat banyak cercaan, ada nama David De Gea. Kiper asal Spanyol ini juga tidak kalah mengerikan mendapat hujatan, makian, cacian, dan sebagainya. Hal itu terjadi pasca kekalahan MU dari Villareal di partai Final Liga Europa, di Stadion Energa, Gdansk, Kamis (27/5/2021).

Saat itu, laga normal MU vs Villareal berakhir 1-1. Sampai perpanjangan waktu selesai, tidak ada perubahan skor. Maka dilanjutkan dengan penalti. Di babak ini pun, sepuluh pemain non-kiper dari masing-masing tim berhasil menendang penalti. Hingga tos-tosan itu dilanjutkan dengan para kiper. Dan, di sinilah sepakan De Gea gagal, sehingga Villareal berhasil membawa pulang trofi.

Ini yang mengerikan. De Gea dihujat habis-habisan tanpa ampun. Jagat maya cenderung lebih focus pada gagalnya De Gea menendang penalti, ketimbang keberhasilan Villareal memenangkan trofi. Yah, orang-orang focus memberi ucapan buruk untuk sang kiper.

Memang sudah menjadi kebiasaan orang-orang, bila ada tim yang gagal, selalu saja digali alasan-alasan mengapa gagal. Tidak jarang kalau yang selalu dicari adalah kambing hitam atas suatu kegagalan.

Yang orang tidak pikir adalah si kiper yang berhasil menghadang sebuah tendangan penalti. Saya berpikir bahwa pada penalti De Gea, dia pasti hendak menipu sang kiper. Tetapi, G. Rulli, kiper Villareal dengan sigap membaca arah bola.

Demikian juga pada penalti Mbappe. Mbappe menendang bola ke arah kanan Yann Sommer, kiper Swiss. Tetapi, Sommer juga melompat ke arah kanan di mana bola itu meluncur. Jadi, wajarlah jika Rulli dan Sommer bisa memblokir tendangan penalti De Gea dan Mbappe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun