Mohon tunggu...
Mariemon Simon Setiawan
Mariemon Simon Setiawan Mohon Tunggu... Silentio Stampa!

Orang Maumere yang suka makan, sastra, musik, dan sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pegadaian: Membawa Roda Emas ke Pelosok Timur

15 Oktober 2025   22:55 Diperbarui: 15 Oktober 2025   22:55 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pegadaian MengEMASkan Indonesia. (Sumber: Desain Pribadi)

Mama itu keluar dari kantor cabang Pegadaian dengan wajah kecewa. Ia baru saja tiba, tetapi kantor sudah tutup. Dengan berat hati, security memintanya untuk kembali lagi besok.

"Saya punya rumah di kampung. Jauh. Kalau sekarang saya pulang dan besok harus datang lagi, saya rugi dobel. Uang dari mana lagi?". Mama itu kembali dengan pasrah.

Mama tadi hanyalah satu dari sekian banyak mama di wilayah Indonesia timur yang berjuang antara kebutuhan dan kesejahteraan. Pengalaman seperti ini sejatinya bukan hanya menjadi milik Mama yang saya temui di kantor pegadaian itu, tetapi merupakan pengalaman hampir seluruh masyarakat.

Hal ini menunjukkan bahwa pemerataan pelayanan masih jauh. Namun, sekalipun pelayanan seperti ini masih belum menjangkau masyarakat di daerah pelosok secara rata, semangat masyarakat di sini sama dengan yang tinggal di kota besar: keinginan untuk maju dan untuk tidak tertinggal.

Jargon Indonesia Emas 2045 kini sudah bertebaran di mana-mana. Namun, berbicara tentang Indonesia Emas 2045 ini seharusnya tidak melulu tentang pertumbuhan ekonomi, melainkan juga tentang pemerataan kesempatan, teristimewa yang juga menjangkau wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).

Persoalan pemerataan kesempatan yang perlu disorot adalah: literasi keuangan dan kesadaran lingkungan.

Literasi Keuangan dan Edukasi Lingkungan: Kebutuhan Mendesak

Dalam konteks keuangan, masyarakat di wilayah 3T cenderung masih bergantung pada ekonomi informal: menjual hasil bumi musiman, barter, atau pinjaman non-formal dengan bunga tinggi. Kondisi ini membuat mereka rentan terhadap fluktuasi ekonomi dan kehilangan aset produktif.

Permasalahan ini belum termasuk soal angka presentasi orang timur yang memiliki tabungan di lembaga keuangan formal, dan berapa angka orang dewasa Indonesia yang memiliki rekening di lembaga formal.

Selain itu, tingkat manajemen keuangan dalam bingkai literasi keuangan masih belum maksimal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia tahun 2024 lalu masih menyentuh angka 65,43%.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun