Mohon tunggu...
Maria Yohani Deta Daviana
Maria Yohani Deta Daviana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student at Sriwijaya University, Communication Studies

nonton, nulis, nge'game

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

His Only Son Dilarang Tayang di Bioskop Indonesia: Dilihat dari Segi Perspektif Semiotika Pragmatis

10 Desember 2023   18:12 Diperbarui: 10 Desember 2023   18:48 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Latar Belakang film

Film "His Only Son" merupakan karya sineas Amerika yang dirilis pada tahun 2023. Film ini diproduksi, disutradarai, dan ditulis ceritanya oleh David Helling, seorang mantan marinir Amerika Serikat. Cerita film ini berlatar di Tanah Kanaan, yang meliputi Israel, Lebanon, Yordania, Suriah, dan Sebagian Timur Laut Mesir. David Helling mengambil inspirasi cerita dari Kejadian 22 dalam Perjanjian Lama. Film ini dibintangi oleh Nicolas Mouawad sebagai Abraham (Nabi Ibrahim), Sara Seyed sebagai Sarah, dan Edaan Moskowitz sebagai Nabi Ishak.

David Helling mulai membuat film "His Only Son" pada tahun 2019 dan berkolaborasi dengan Angel Studios untuk mendistribusikan film tersebut. Untuk pembiayaan produksi film, David Helling melakukan crowdfunding dan berhasil mengumpulkan dana lebih dari 1,23 juta USD. Film ini pertama kali dirilis di bioskop Amerika Serikat pada 31 Maret 2023 dan kemudian tersedia untuk streaming di Angel Studios. Di Indonesia, film ini mulai diputar di bioskop pada 30 Agustus 2023.

Kenapa ditolak tayang pada bioskop Indonesia?

Film "His Only Son" ditolak tayang di Indonesia karena kontroversi yang dianggap tidak sesuai dengan sejarah Nabi Ibrahim dalam perspektif agama Islam. Wakil Ketua Komisi VIII DPR, Ace Hasan Syadzily, meminta agar penayangan film "His Only Son" di Indonesia dihentikan karena ide cerita yang disampaikan dalam film tersebut dianggap tidak sesuai dengan sejarah Nabi Ibrahim.

Ace Hasan Syadzily berpendapat bahwa film tersebut menceritakan pengorbanan Nabi Ibrahim dengan putranya, Nabi Ishak, yang diambil dari Alkitab, namun hal ini dianggap tidak sesuai dengan sejarah Nabi Ibrahim dalam perspektif agama Islam.

 

Prespektif Semiotika Pragmatis 

Prespektif semiotika pragmatis adalah pendekatan yang menekankan pentingnya hubungan antara tanda-tanda dengan pengalaman praktis dan konsekuensi dari tanda-tanda tersebut dalam konteks kehidupan sehari-hari. Perspektif semiotika pragmatis penting karena memungkinkan kita untuk memahami bagaimana tanda-tanda mempengaruhi persepsi dan pengalaman seseorang, serta bagaimana tanda-tanda tersebut diterjemahkan dan diinterpretasikan dalam konteks sosial dan budaya. Dengan demikian, perspektif semiotika pragmatis membantu kita memahami bagaimana tanda-tanda digunakan dan dipahami dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam konteks sastra dan karya seni.

Prespektif Semiotika Pragmatis dan Film His Only Son

Dapat dilihat bahwa film "His Only Son" ditujukan untuk pengikut Kristus, namun konteks sosial dan budaya di Indonesia mayoritasnya adalah Muslim. Dalam hal ini, penolakan penayangan film tersebut dapat dipahami sebagai sebuah tindakan komunikatif yang mencerminkan pemahaman akan norma-norma sosial dan budaya yang ada dalam masyarakat Indonesia terkait dengan nilai-nilai agama Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun