Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Rayakan Hari Lahir Dengan Menyalakan Lilin

22 Desember 2023   06:09 Diperbarui: 22 Desember 2023   06:32 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.grid.id/read/

Setelah saya belajar dari Bapak Anand Krishna, saya baru sadar ternyata dengan meniup lilin saat mereyakan hari kelahiran adalah sesuatu yang tidak tepat, Bahkan mungkin salah. Mengapa?


Ketika masih dalam kandungan, tentu kita daam kegelapan. Begitu kita 'mbrojol' keluar kita bisa melihat cahaya. Bagaikan kita menyalakan lilin sehingga mendapatkan cahaya. Begitu pula saat kita merayakan hari kelahiran semestinya kita mengingat peristiwanya. Ya, hanya dengan menyalakan lilin kita memperoleh cahaya kesadaran sehingga kita bisa melihat segala sesuatu dengan baik.

Adalah suatu tradisi yang tidak tepat bila saat merayakan hari bahagia kelahiran kita dengan menuju kegelapan kembali. Bukan'kah dengan mematikan lilin berarti kita ingin kembali dalam kegelapan? 

Urip Iku Urup

Urip berarti hidup, sedangkan urup beramakna menghidupi atau menghidupkan. Dengan kata lainnya, seseorang bisa dikatakan hidup bila dan bila bisa memberikan kehidupan bagi sesama makhluk. 

Dengan cara merayakan lilin pada saat kita merayakan hari kelahiran berarti kita mengingatkan diri bahwa tujuan lkelahiran kita di bumi adalah untuk berbagi dengan sesama. Bila kita meyakini bahwa daam setiap benda Dia juga bersemayam, maka kita  sudah selayaknya memberikan apresiasi dan mengasihi sesama makhluk.

Merayakan hari kelahiran berarti kita menuju kebebasan. Bagaimana mungkin kita bisa membebaskan diri bila tidak bisa bebas dari cahaya kegelapan. Hanya dengan cahaya Ilahi yang sudah bersunar dalam diri, kita bisa memberikan kehidupan bagi sesama makhluk hidup. Karena kita tidak. mungkin bisa hidup tanpa kehadiran  makhluk lainnya di bumi ini.

Bisa'kah kita hidup pada saat tidak ada tumbuhan? Jelas tidak mungkin. Mungkin ada yang menjawab : 'kan bisa makan hewan?'

Mungkinkah hewan bisa hidup bila tidak memakan tumbuhan. Dengan kata lainnya bahwa tumbuhan itulah sumber kehidupan kita. Kita juga aman dari bahaya longsor  bila pohon-pohon di lereng pegunungan tetap lestari. Adalah ulah kita sendiri dengan menebang pohon terjadi longsor atau banjir. Yakinilah bahwa sesungguhnya kita pencipta bencana alam, bukan Tuhan yang memberikan percobaan, apalagi hukuman. Ya tuhan keserakahan diri yang memberikan balasan atas pengrusakan terhadap alam semata hanya memnuhi keserakahan kita.

Jadi Rayakan Hari Kelahiran kita dengan mengingatkan kembali akan tujuan kelahiran di bumi ini, untuk memberikan kehidupan atau berbagi bagi sesama makhluk.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun