Mohon tunggu...
Marhaban
Marhaban Mohon Tunggu... Insinyur - Batam

"Melihat, mendengar, merasakan dan berbagi". catatanmarhaban.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Guru Rotan yang Saya Kagumi

2 Mei 2016   13:49 Diperbarui: 2 Mei 2016   13:51 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Suatu hari saat saya masih SD, saya lagi bete untuk hadir di ruang tamu sore itu. Seperti biasa, usai magrib rumah kami mulai ramai anak-anak sebaya saya untuk datang mengaji. Mungkin ada sekitar 20-an anak-anak. 

Kami belajar mengaji dengan metode yg ada saat itu. Mungkin kalau sekarang ada metode Iqro. Yang ngajar mengaji adalah Bapak, orang tua saya sendiri. Nah..... bayangkan. Yang ngajar Bapak, tapi anaknya ga hadir. 

Bapak, biasa kami panggil begitu, adalah seorang guru dan kepala sekolah. Belakangan ditugaskan di Dinas Pendidikan Kecamatan saat itu. Separuh hidupnya kayaknya sudah didermakan untuk menjadi seorang pendidik. Sudah mendarah daging saya rasa. 

Kami mengaji dari usai magrib hingga isya. Riuh rendah suara anak-anak mengaji hingga kadang berlomba siapa yang paling nyaring. Beberapa anak-anak yg belum cukup umur juga nimbrung penuh penasaran dari depan pintu. Ada juga ibu-ibu yang nungguin anaknya sambil sesekali melirik dari jendela.

Bapak dilingkari 20an anak itu. Ibu juga yg kami panggil Mama', sering juga ikut mengajar anak-anak. Nah... saya, anaknya sendiri, malah tak hadir diantara bocah-bocah itu. "Apa kata dunia", pikirku saat ini klo ingat kelakuan sy saat itu. Anak sendiri tidak ikut mengaji.

Nah cerita selanjutnya berjudul "Rotan". Tapi ceritanya disensor, Wk...wk..wk.. Kok disensor. Iya, masalahnya klo jaman sekarang, cerita tentang rotan sudah beda 'head line'-nya. Pasti tentang kekerasan seorang guru, kesadisan seorang pendidik. Ujung-ujungnya adalah Komnas Perlindungan Anak. 

 Klo masalah itu saya ga paham-lah. Klo dulu ya....'rotan' biasa-biasa saja. Mungkin beda zaman kali ya. Tapi kami 8 orang bersaudara alhamdulillah baik-baik saja dgn cara didik Bapak/Mama' ketika itu. 

 Tapi soal 'rotan' itu sih untuk yang bandel saja, kayak saya. Itupun sekali itu saja krn habis kejadian itu saya dah tobat. Sakitnya ga seberapa, harga diri orang tua yg dipertaruhkan, Bro. Masak orang tua ngajar ngaji, tapi anaknya nanti jadi berandalan? Cie... Sok bijak ya.

 Setela episode 'rotan' itu, sy ga mau bolos lagi. Dan alhamdulillah di sekolah juga ga pernah bolos. Ada guru yg pake rotan juga maslahnya. Wk..wk..

 Terakhir.... (agak serius nih), Bapak dan guru-guru di sekolah bagi saya adalah orang yang saya kagumi. Karena merekalah kita bisa membaca. Bukan sekedar membaca buku. Tapi membaca tanda-tanda kehidupan. 

 Selamat Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2016

 Ps: Apa yg dulu kita pikir 'jahat' mungkin suatu saat baru kita merasakan manfaatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun