[caption id="attachment_419302" align="aligncenter" width="624" caption="MENPORA Imam Nahrawi/Bola.Kompas.com"][/caption]
SAYA bukan pemain sepakbola atau pelaku langsung sepakbola Indonesia. Tapi, sejak PSSI dan sepakbola Indonesia diperlakukan ‘sedemikian rupa’ oleh BOPI dan Kemenpora, saya jadi salah satu yang amat sangat kecewa sekali.
Kekecewaan itu datangnya bertubi-tubi. Hampir setiap saat kepikiran terus dalam banyak aktivitas saya. Saya bayangkan pemain yang akan jadi ‘pengangguran’, ofisial yang bakal kehilangan pekerjaan, wasit yang bakal kehilangan kesempatan menambah penghasilan, dan, belum lagi tukang parkir, penjual merchandise, dan seterusnya.
Mengapa hal-hal seperti ini benar-benar mengganggu pikiran saya? Tak lain karena saya merasakan bagaimana menjadi pekerja dengan gaji yang tak jelas, lalu jadi pengangguran.
Siapa pelakunya? Ia tak lain salah satu pengurus PSSI saat ini. Namanya tentu tak usah saya sebutkan. Yang pasti, saya ikut dia sejak 1994 dari sebuah perusahaan besar yang jika saya tak keluar dari sana, kini saya tinggal menunggu masa pensiun. Buat saya, inilah jalan hidup.
Perusahaan baru kami tutup sekitar 2012 dan belakangan saya bersama keluarga dibiarkan mandiri. Berhenti tanpa pesangon, tanpa bayaran tunggakan gaji, tanpa ucapan maaf. Jika Anda mungkin bertanya kepada orang itu, Anda mungkin akan mendengar dia mengatakan, sayalah ‘sang pengkhianat’. Saya seperti ini lebih karena dosa-dosa saya.
Apapun, saya benar-benar kecewa dengan orang ini. Dan orang ini tetap berjaya sebagai salah satu pengurus teras PSSI.
Jadi, kalau ditilik dari faktor ini, saya sebenarnya juga punya alasan untuk bertepuk tangan dengan kondisi persepakbolaan Indonesia sekaligus untuk melampiaskan kekecewaan saya dengan orang ini.
Tapi, hal itu tak saya lakukan. Karena saya tahu, apapun yang terjadi dengan PSSI, para pengurus teras PSSI takkan hidup sengsara, kecuali kehilangan kekuasaan dan popularitas, mungkin.
Saya tetap menginginkan PSSI berjalan sebagaimana adanya, meski mungkin di sana juga banyak orang yang ‘mencari sesuatu’ dan ‘memanfaatkan sesuatu’. Saya cuma merasa pemain dan pelaku sepakbola tak seharusnya menjadi korban dari perseteruan pengurus PSSI dan Menpora saat ini.
Bayangkan jika PSSI kena suspend FIFA. Tak ada lagi kompetisi formal (kecuali Tarkam), Timnas tak bisa bertanding di level internasional, Persib dan Persipura takkan bisa melanjutkan perjuangan di AFC Cup, para pemain Indonesia di luar negeri (seperti Andik Vermansyah di Selangor FA) harus pulang, tayangan sepakbola internasional terhenti, dan banyak lagi aspek lain.