Mohon tunggu...
Humaniora

Sapake "Satu Paket Keputih" Program Pengentasan Kekumuhan di Keputih RT 02 RW 08 Surabaya

17 Juli 2018   18:15 Diperbarui: 17 Juli 2018   18:29 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surabaya merupakan kota metropolitan ke dua setelah Jakarta.  Tentu bukan tanpa alasan Surabaya medapat gelar tersebut. Berbagai macam hal memicu munculnya predikat Metrpolitan, salah satunya urbanisasi. Perpindahan dan menetapnya masyarakat luar di Surabaya menyebabkan meningkatknya jumlah penduduk, yang otomatis disusul dengan meningkatnya pula tingkat kepadatan penduduk. Surabaya adalah kota dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 2.805.906 jiwa (Kemendagri, 2015). Padatnya penduduk ini secara tidak langsung baik cepat ataupun lambat membawa dampak yang cukup negatif bagi lingkungan khususnya pemukiman masyarakat.

Keputih Rt 02 Rw 08, yang berlokasi di Kelurahan Keputih, Kec. Sukolilo, Surabaya merupakan salah satu contoh pemukiman yang terkena dampak dari urbanisasi ini. Banyaknya sampah dan lokasi yang terkesan tidak terawat membawa kesan kampung ini begitu kumuh, sehingga tidak heran jika banyak orang yang memandangnya sebelah mata. Padahal jika ditinjau lebih lanjut banyak potensi yang bisa dioptimalkan untuk merubah wajah kampung Keputih tsb. Untuk menjawab permasalahan-permasahalan tersebut, tim Program Kreativitas Mahasiswa - Pengabdian Kepada Masyarakat dari ITS Surabaya meluncurkan Program SAPAKE. 

Sapake adalah akronim dari Satu Paket Keputih, dimana program ini bertujuan untuk mengentaskan kampung Keputih RT02 RW08 dari kekumuhan melalui metode Participatory Mapping dan dilanjutkan dengan Service Quality. Metode participatory mapping merupakan metode yang mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam memetakan potensi dan permasalahan yang ada di kampungnya. Setelah terpetakan, masyarakat menentukan skala prioritas permasalahan yang akan diselesaikan (Service Quality). 

Nama Sapake sendiri diambil dari "Satu Paket Keputih", yang dimaksud Paket disini adalah paket kebersihan dan keberlanjutan yang akan diterima oleh masyarakat mitra, dalam hal ini berupa Sapake Spot, dimana di beberapa titik lokasi kampung ini di ubah wajahnya menjadi suatu yang iconic, seperti pengecatan mural pada tembok dan paving. Sapake Green, merupakan taman mini tanaman obat keluarga (jahe, kunyit, kencur, temulawak) dan tanaman hias yang ditempatkan sesuai dengan hasil participatory mapping. 

Serta Sapake Product, merupakan lanjutan dari Sapake Green yang hasil panennya kemudian dikemas dengan cantik dan lalu siap di pasarkan. Adapun produk yang dihasilkan adalah bubuk jamu yang berbahan dasar jahe, temulawak, kencur, dan kunyit. Selain itu ada juga Paguyuban Sapake, paguyuban ini berisi kader-kader sapake yang siap membantu dalam segala hal terkait pengembangan kampung, tentu saja dengan pengetahuan yang cukup.

Outcome yang diharapkan adalah masyarakat mampu dan mau secara mandiri menjaga dan meningkatkan lingkungannya tetap indah, bersih, dan asri, serta memproduksi bubuk jamu dan memasarkan produk yang telah mereka produksi sendiri. Sehingga tidak hanya lingkungan yang indah, bersih, dan asri, melainkan sisi ekonomi masyarakat juga tercukupi bahkan meningkat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun