Mohon tunggu...
Merciana
Merciana Mohon Tunggu... Dokter

Dokter. Penulis. Editor. Reviewer. Menghubungkan kesehatan dan humaniora lewat kata-kata yang jernih dan bermakna

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Iqra', Guru dan Aku

28 September 2025   07:00 Diperbarui: 25 September 2025   22:38 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: profil merciana. sumber: design AI

Halo ... Saya Merciana.

Bagi saya, menulis adalah cara bercerita sekaligus merawat jiwa. Sehari-hari saya bekerja di dunia medis, terbiasa melihat sakit, sembuh, dan kehilangan. Dari pengalaman itu, saya belajar bahwa kata juga bisa menjadi obat---bukan untuk raga, melainkan untuk batin.

Di ruang Kompasiana ini, saya ingin berbagi kisah: tentang kehidupan, tentang guru, tentang literasi medis, dan tentang kemanusiaan yang sering terlupa. Saya percaya setiap tulisan punya takdirnya sendiri, dan semoga tulisan-tulisan sederhana saya menemukan Anda---meninggalkan keteduhan, renungan, atau sejumput doa.

Mari kita belajar bersama, saling menguatkan, dan tetap percaya bahwa kebaikan selalu punya jalan.[]

 

 

Pendahuluan: Iqra', Guru, dan Aku

Setiap perjalanan hidup bermula dari sebuah kata: Iqra'---bacalah. Perintah pertama itu bukan hanya ajakan untuk membuka lembar kitab atau buku, melainkan panggilan untuk membaca semesta, membaca diri, membaca kehidupan dengan segala cahaya dan gelapnya. Dalam Islam disebut membaca ayat-ayat qauliah dan quaniah

Dalam perjalanan hidupku, yang pertama kali menuntunku untuk "membaca" adalah seorang guru---ayahku sendiri. Dari tangannya yang menggenggam kapur, dari langkah kakinya yang tak pernah lelah menuju sekolah, aku belajar bahwa ilmu bukan sekadar hafalan, melainkan napas yang menghidupi manusia. Ibuku, dengan kesederhanaan dan kasih sayang tanpa batas, menjadi guru kehidupan yang mengajarkan kesabaran, doa, dan ketulusan.

Aku kini telah menua dengan usia menjalani ke 72 tahun. Rambutku memutih, langkahku melemah, tetapi cahaya itu tidak pernah padam: aku anak seorang guru, dan sampai kapan pun akan tetap menjadi murid dari para guru yang hadir dalam hidupku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun