Saatnya Bergerak Lebih Cepat Menjadi Maju dan Sejahtera.
Oleh: Dr. Mardianto Manan, MT
Pada hari ini tepatnya tanggal 12 Oktober 2025 menjadi hari bersejarah bagi masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing). Dua puluh enam tahun lalu, tepat di tanggal yang sama, daerah ini resmi berdiri sebagai kabupaten mandiri, melepaskan diri dari induknya. Kini, di usia ke-26 tahun, Kuansing telah tumbuh menjadi daerah yang kian matang, dengan berbagai capaian pembangunan yang patut disyukuri.
Suasananya persis dengan hari ini juga di Kota Pekanbaru hujan gerimis di Kantor Kemendagri kala itu, kami bersama rombongan dari Kuansing dengan rombongan Pak Samad Taha, Hasan Nusi Js, Prof. Suwardi MS, Ilyas Yakub, Alm. Akmal Js, alm. Intan Judin serta rombongan yang berangkat langsung dari Kuansing.
Selama lebih dari dua dekade perjalanan, banyak perubahan nyata telah dirasakan masyarakat. Dari sisi infrastruktur, progres pembangunan berjalan cukup baik. Akses-akses jalan yang dulunya terisolasi kini mulai terbuka dan menghubungkan antarwilayah. Contohnya, ruas jalan di kawasan seberang Sungai Kuantan, mulai dari Seberang Telukkuantan hingga Seberang Cerenti, kini sudah tersambung, meski sebagian masih berupa jalan tanah. Begitu pula akses Desa Perhentian Luas Kecamatan Logas Tanah Darat ke Kuantan Hilir yang kini tersambung berkat dukungan dana APBN melalui aspirasi, anggota DPR RI Dapil Riau.
Selama 26 tahun berdiri, kemajuan Kuansing di sektor infrastruktur patut diapresiasi. Namun, pembangunan tidak boleh berhenti pada satu sektor saja. Di bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan, memang sudah ada peningkatan, tetapi masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Salah satunya adalah masih adanya warga yang belum memiliki rumah layak huni, tingkat pelayanan kesehatan masih tergolong rendah. Pekerjaan yang masih banyak serabutan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah perlu lebih agresif mencari peluang pendanaan di luar APBD Kabupaten. Dengan keterbatasan fiskal yang dimiliki, menggandeng APBD Provinsi dan APBN adalah langkah strategis yang harus dilakukan. Pembangunan daerah tidak bisa hanya mengandalkan anggaran lokal. Kepala daerah yang baik adalah mereka yang mampu membawa "kue pembangunan" dari luar, demi kemajuan kampung halamannya. Kalau hanya mengandalkan dana dari APBD Kuansing, 'samo saja membangun dengan menyusu ke mondek awak surang' siapapun bisa.
Setiap dinas di Kuansing seharusnya memiliki strategi yang jelas untuk menarik dukungan program dari kementerian terkait. Misalnya, untuk penataan kawasan pacu jalur---ikon budaya Kuansing yang sudah mendunia---Dinas PUPR perlu menyiapkan Detail Engineering Design (DED) agar bisa diusulkan ke Kementerian PUPR maupun Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Begitu juga program perumahan bagi masyarakat kurang mampu, dapat diajukan melalui Dinas Sosial ke Kementerian Sosial RI. Sama halnya bidang kesehatan, banyak kantong kantong anggaran yang akan dijolok dari dana pusat, sekarang tinggal sejauh mana kita menyingkronkan kebutuhan kita lewat buku sakti RPJMD seiring dengan Program pusat dalam RPJMN, nah disikolah seninya pemimpin daerah, ketika pandai pandai membaca program pusat nan pasti ditempatkan di ruang kita di Kabupaten atau Kota sebagai wadah implementasinya, karena Pemerintah Pusat tak mempunyai wilayah yang pasti di daerah, karena di daerah tujuan pembangunan ada penguasanya bupati atau walikota.
Dengan cara ini, setiap dinas tidak hanya bekerja menunggu instruksi, tetapi proaktif membangun jaringan dan komunikasi ke pemerintah pusat. Karena sesungguhnya, percepatan pembangunan daerah sangat ditentukan oleh kemampuan daerah dalam menjemput bola program nasional.
Selain menggandeng pemerintah pusat, Kuansing juga perlu membuka ruang kolaborasi dengan pihak ketiga dan sektor swasta. Banyak perusahaan, baik lokal, nasional, maupun internasional, beroperasi di wilayah ini. Keterlibatan mereka dalam pembangunan---melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)---bisa diarahkan pada perbaikan jalan rusak, pengembangan pendidikan, atau pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dengan sinergi seperti ini, visi menjadikan Kuansing sebagai kabupaten yang maju dan sejahtera akan lebih cepat terwujud.
Kuansing lahir dari semangat kemandirian dan kebersamaan masyarakatnya. Dulu, ia hanya sebuah kampung kecil di tepian Batang Kuantan. Kini, Kuansing telah dikenal luas, bahkan hingga ke tingkat nasional berkat budaya Pacu Jalur, yang menjadi simbol persatuan, sportivitas, dan kebanggaan daerah. Semangat inilah yang seharusnya terus menjadi roh pembangunan Kuansing ke depan.