Mohon tunggu...
Mardety Mardinsyah
Mardety Mardinsyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pendidik yang tak pernah berhenti menunaikan tugas untuk mendidik bangsa

Antara Kursi dan Kapital, antara Modal dan Moral ? haruskah memilih (Tenaga Ahli Anggota DPR RI)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Covid-19 Mengakselerasi Sistem Pembelajaran di Sekolah

29 Mei 2020   19:42 Diperbarui: 29 Mei 2020   19:45 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Selama pandemic  virus corona ( covid 19) menyerang  ganas, tidak saja kantor-kantor, rumah ibadah, sekolahpun ditutup.  Bekerja, beribadah dan belajar dirumah saja.  Untuk bidang pendidikan,   dilaksanakan sistem belajar online yaitu belajar di rumah. Tidak ada kelas, tidak ada temu muka guru dan siswa. Tidak ada Ujian Nasional.   Siswa SD, SMP, SMA  lulusan tahun 2020  (lulusan corona),  lulus tanpa Ujian nasional ( UN).

Nilai kelulusan diambil dari nilai semester. Lulusan corona ini dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat selanjutnya.  Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)  tidak lagi didasarkan pada nilai UN tapi digunakan sistem zonasi. 

Sistem zonasi untuk  PPDB telah diberlakukan pada tahun lalu (2019), sebelum datangnya Covid 19. Penerapan sistem zonasi ini banyak dikritik.  Ada yang berpandangan, efek  zonasi tidak positif, merupakan kemunduran  dalam dunia pendidikan. Game online akan merebak , gadget laris manis . Nilai ujian tidak perlu  tinggi tinggi asal rumah dekat dengan sekolah sudah  dapat sekolah yang diinginkan.  Lembaga bimbel  pasti tidak dibutuhkan lagi kehadirannya, yang dapat berakibat terjadi pemutusan hubungan kerja di lembaga-lembaga ini. 

Pandemi corona datang, sistem belajar online diberlakukan. Sistem Zonasi satu-satunya cara penentu Penerimaan Peserta didik Baru. Ini kehendak sejarah. Kita terpaksa menyerah. Pasca pandemi corona mungkin sistem  pendidikan akan berubah.  Buku tak perlu, yang penting  gedget .  Maka itu, proses belajar dan mengajar  perlu pula  diubah. Pembelajaran yang selama ini mendukung hapalan harus diganti dengan belajar yang  mendorong individu untuk berkonsentrasi pada pengembangan pembelajaran sendiri. 

 Di negara kita ini, sistem pendidikan masih  konvesional yaitu mendukung pembelajaran hapalan dengan jam belajar yang panjang.  Anak terintegrasi dengan sekolah dan bergaul dengan guru hampir sehari penuh, Senin hingga Jumat. Pembelajaran sarat hapalan ini  dimaksudkan untuk mendorong siswa sukses dalam Ujian Nasional. Sistem belajar yang   mendukung pembelajaran hapalan dengan jam belajar yang panjang, ternyata tidak efektif.

Hal tersebut terjadi karena berbagai faktor, antara lain adanya sistem yang 'memaksa' guru untuk mengarahkan pembelajaran pada belajar hafalan. Sebagai contoh adanya ujian atau tes  yang dilaksanakan dengan soal yang dominan hafalan yang  mengarahkan peserta didik menghafalkan rumus tanpa memahami makna rumus dan konsepnya. Ini dilakukan secara sadar maupun tidak. 

Dengan bantuan  teknologi internet   pembelajaran di kelas dapat dibantu gedget. Buku diganti dengan gedget. Sistem belajar yang selama ini  mendukung pembelajaran hapalan perlu diganti dengan pembelajaran yang memberi pemahaman rumus-rumus dan konsep -konsep.  Dengan demikian, pelajaran matematika  menjadi penting.

Matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hierarkis abstrak,bahasa simbol  dan padat makna. Anak usia SD,SMP, SMA  sedang mangalami perkembangan dalam tingkat berfikirnya. Mereka berada  pada tahapan prakongkret ke kongkrit dan menuju tahapan abstrak. Perlu seorang guru untuk menjembatani   antara dunia anak yang belum berfikir deduktif untuk dapat mengerti dunia  kongret. 

Pelajaran matematika  bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep, penalaran, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan, dan memiliki sikap menghargai dalam kehidupan (BSNP, 2006). Pembelajaran matematika tidak hanya diarahkan pada peningkatan kemampuan siswa dalam berhitung, tetapi juga diarahkan kepada peningkatan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah (Problem Solving), baik masalah matematika maupun masalah lain yang secara kontekstual menggunakan matematika untuk memecahkannya. Pembelajaran matematika membangun cara berpikir matematis. 

Pemecahan masalah merupakan suatu kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika.  Bila siswa mampu memecahkan masalah masalah matematika, akan  mampu pula memecahkan masalah di bidang lainnya. Matematika membangun kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan untuk bekerja secara matematis. Matematika merupakan latihan pemecahan masalah. Pemecahan masalah adalah aspek penting dalam intelegensi dan intelegensi adalah anugerah khusus buat manusia yang memberikan   kemampuan untuk melahirkan berbagai kreativitas.

Kreativitas itu bukan bakat, tapi harus diusahakan. Orang kreatif adalah orang  yang memiliki kedisiplinan untuk terus menciptakan ide-ide baru dan ketekunan untuk mewujudkan ide-ide itu. Kreativitas dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika.  Dari perspektif neurosains (studi tentang sistem syaraf), bagian terpenting dari sistem saraf adalah neuron atau sel syaraf. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun