Siapa yang bisa menyangka kalo bulu ayam yang dianggap limbah tak bernilai dan sulit terurai bisa menjadi sumber protein alternatif untuk pakan ikan? Inilah terobosan baru dari tim riset Program Studi Akuakultur, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), yang menunjukkan bahwa inovasi bisa muncul dari hal-hal yang tak terduga.
Dalam penelitian terbaru yang dirilis Mei 2025, para peneliti UGM mengolah bulu ayam menjadi tepung pakan melalui proses fermentasi mikroba. Hasilnya? Tepung ini mengandung kadar protein tinggi dan komposisi asam amino yang cocok untuk mendukung pertumbuhan ikan air tawar seperti lele dan nila.
Keren kan?
Riset yang Berakar dari Permasalahan Nyata
Indonesia ternyata bukan cuma negara agraris, tapi juga salah satu produsen ayam terbesar di Asia Tenggara. Setiap tahun, jutaan ton bulu ayam dihasilkan dan sebagian besarnya hanya menjadi limbah yang mencemari lingkungan.
Sementara itu, Para pembudidaya, pengusaha, serta pemilik kolam ikan menghadapi tantangan besar dalam biaya pakan, yang bisa mencapai lebih dari 60% dari total biaya produksi. Ketergantungan pada bahan baku impor seperti tepung ikan dan kedelai membuat harga pakan tidak stabil.
Berangkat dari dualitas masalah tersebut, limbah yang menumpuk dan biaya produksi yang tinggi, tim riset UGM menghadirkan solusi win-win. Fermentasi bulu ayam dengan bantuan mikroorganisme tertentu menghasilkan tepung bernutrisi tinggi, bebas patogen, dan mudah dicerna oleh sistem pencernaan ikan.
Kolaborasi Ilmu, Teknologi, dan Komunitas
Tak hanya berhenti di laboratorium, tim peneliti juga bekerja sama dengan petani ikan skala kecil untuk menguji efektivitas pakan alternatif ini secara langsung di kolam budidaya. Hasil awal menunjukkan pertumbuhan ikan yang kompetitif dengan pakan komersial serta respons positif dari petani.