Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Dosen

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Coworking Space: Ketika GenZ Tak Lagi Belajar di Perpustakaan

24 Juni 2025   11:59 Diperbarui: 24 Juni 2025   11:59 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolaborasi mahasiswa (Foto oleh Ivan Samkov. Sumber: https://www.pexels.com)

Perubahan zaman tidak hanya berdampak pada cara manusia bekerja dan berkomunikasi, tetapi juga pada cara mereka belajar. Generasi Z, anak muda yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, tumbuh di era digital dengan karakteristik khas seperti visual, adaptif, multitasking, dan kritis terhadap otoritas. Hal ini berdampak besar terhadap preferensi mereka dalam memilih ruang belajar.

Kini, bukan perpustakaan yang menjadi pilihan utama, melainkan coworking space, ruang kerja bersama yang fleksibel, nyaman, dan dinamis. Pergeseran ini tidak hanya mengubah kebiasaan pribadi lepas pribadi, melainkan menantang cara kampus mendesain ekosistem pembelajarannya.

Lebih dari Sekadar Tempat Nongkrong

Coworking space mulanya dikenal sebagai tempat para freelancer, kreator konten, dan pelaku startup bertemu, bekerja, dan saling berkolaborasi. Namun dalam beberapa tahun terakhir, mahasiswa pun mulai mengadopsinya sebagai ruang belajar.

Penelitian dari Universitas Gadjah Mada (UGM) oleh Dwi Retno Syahfitri Harahap pada tahun 2024 menunjukkan bahwa mahasiswa Gen Z memilih coworking karena tiga alasan utama diantaranya:

  • Nilai ekonomi, dimana ruang tersebut lebih terjangkau dibanding menyewa ruang privat
  • Kenyamanan fisik dan psikologi, karena suasana yang kasual namun tetap kondusif 
  • Fungsi sosial, sebab terbuka peluang untuk diskusi, jejaring dan kolaborasi lintas jurusan

Jadi, coworking space seperti memberi ruang keleluasaan bagi mahasiswa untuk belajar sesuai ritme dan kebutuhannya, tanpa khawatir terhadap tekanan formalitas ruang akademik konvensional.

Dengan demikian, muncul pertanyaan, apa gunanya perpustakaan kalau begitu?

Coworking Space (Foto oleh Marc Mueller. Sumber: https://www.pexels.com)
Coworking Space (Foto oleh Marc Mueller. Sumber: https://www.pexels.com)

Mengapa Perpustakaan Tidak Lagi Menjadi Primadona?  

Tak bisa dipungkiri, perpustakaan masih menyimpan banyak manfaat, terutama untuk akses literatur dan suasana sunyi. Tapi, bagi Gen Z, perpustakaan seringkali dianggap terlalu kaku dan membatasi. Misalnya, aturan yang ketat, desain ruang yang monoton, serta waktu operasional yang terbatas menjadi alasan mengapa ruang ini makin ditinggalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun