Seperti yang ditulis pada artikel di Kompasiana " JK Intervensi Pencalonan Anies" telah dikutip pemberitaan Kompas.com tentang cerita Zulkifli Hasan mengenai intervensi JK pada pencalonan Anies Baswedan. Secara pribadi tentu merupakan hak politik JK untuk menentukan dan memilih siapa yang dirasanya tepat sebagai Gubernur DKI.Tetapi tentu tidak sesederhana itu untuk melihat " keberpihakan" mantan Ketua Badko Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI) Sulawesi Selatan tersebut karena JK termasuk pribadi yang istimewa.
Jusuf Kalla dua kali menjadi Wakil Presiden dengan 2 presiden yang berbeda. JK menjadi Wapresnya Susilo Bambang Yudhoyono priode 2004-2009 dan Wapresnya Jokowi masa bhakti 2014-2019. Seingat penulis sepanjang sejarah republik baru JK lah yang pernah menjadi wapres pada 2 masa jabatan. JK juga pernah memegang tampuk tertinggi Partai Golkar menggantikan Akbar Tanjung melalui Munas Bali yang kemudian digantikan Abu Rizal Bakri melalui Munas Pekanbaru.
Walaupun pada kontestasi pilpres 2009 ,JK kalah pada pertarungan oleh pasangan SBY-Budiono tetapi bukan berarti karir politik dan sosialnya  berakhir.Pria kelahiran 15 Mei 1942 ini aktip memimpin Palang Merah Indonesia dan juga sebagai Ketua Dewan Masjid Indonesia sehingga ia tetap muncul dalam pemberitaan berbagai media.JK juga dikenal sebagai politikus yang lincah dan komunikatip.
Dengan konteks yang demikianlah menarik untuk menelisik kenapa Zulkifli Hasan mengutarakan tentang intervensi JK tersebut. Sebagaimana kita ketahui ketika menjelang pilpres 2014 nama JK muncul agak diujung proses pencalonan karena sebelumnya beredar berbagai dugaan siapa yang akan mendampingi Jokowi pada pemilihan yang prestisius tersebut.Nama Puan Maharani pernah terdengar begitu juga nama Abraham Samad (Ketua KPKpada masa itu).Tetapi kemudian berbagai spekulasi buyar ketika diumumkan pasangan Jokowi adalah Jusuf Kalla.Publik agak terkejut juga kenapa pilihan jatuh kepada JK mengingat ia bukanlah kader PDI P yang merupakan parpol pemenang pemilu 2014.
Tentu PDI P sebagai partai pemimpin koalisi bersama dengan partai pengusung lainnya yaitu PKB, Nasdem, Hanura dan PKPI telah mempertimbangkan dengan matang tentang pencalonan Jokowi-JK .Terbukti memang kehadiran JK tidak sia sia karena pasangan mereka juga unggul di Indonesia Timur yang salah satu faktornya tentu karena JK.
Sejak awal pencalonan sampai kepada pasangan tersebut memimpin Indonesia sejatinya JK tidak punya posisi politik yang kuat karena ia bukanlah ketua umum dari parpol manapun.Dari sisi politik tentu Jokowi-JK sangat tergantung kepada parpol pendukung pemerintah yaitu PDI P,PKB,Nasdem dan Hanura yang kemudian diperkuat oleh Golkar dan PAN.
Pada poin ini mulai menarik untuk mempertanyakan kenapa JK sepertinya tidak sejalan dengan parpol pendukung pemerintah ketika parpol parpol tersebut minus PKB dan PAN mengusung pasangan Basuki Tjahaya Purnama-Djarot Syaiful Hidayat sebagai paslon pada pilgub dki 2017.Tentu tentang hal ini JK lah yang berwenang menjawabnya. Tetapi kenapa kemudian Zulkifli Hasan,Ketua Umum PAN dan juga Ketua MPR mengemukakan hal ini ke publik?
Dari sisi momentum mengemukakan ke publik menjadi pertanyaan juga kenapa cerita ini baru dibuka sekarang oleh Ketua Umum PAN tersebut.Bukankah peristiwa itu terjadi pada sekitar 20-23September tahun lalu ketika beberapa parpol sedang mempertimbangkan tentang siapa jagoan mereka.Oleh karena kita belum mendapat informasi yang memadai dari pria kelahiran Lampung tersebut maka muncullah dugaan kenapa baru sekarang cerita itu disampaikan ke publik.
Pada putaran pertama Pilgub DKI dukungan  PAN diberikan kepada pasangan Agus-Sylvi yang juga diusung Partai Demokrat,PKB dan PPP.Tetapi sesudah pasangan ini kalah maka pada putaran kedua partai yang didirikan Amin Rais ini mengalihkan dukungannya kepada Anies-Sandi sedangkan Partai Demokrat mengambil posisi netral kemudian dua partai pendukung pemerintah yaitu PKB dan PPP memberikan dukungan kepada Ahok-Djarot.
Menjelang pilgub DKI putaran kedua ,PDIP sebagai pemimpin partai koalisi pendukung pemerintah telah mengeluarkan himbauan agar semua partai pendukung Jokowi-JK memberikan dukungannya untuk Ahok-Djarot dan himbauan ini diikuti PKB dan PPP namun PAN yang dalam kepemimpinan Zulkifli Hasan telah bergabung dalam koalisi tersebut tidak mengikuti himbauan dimaksud. Artinya PAN adalah satu satunya parpol pendukung Jokowi-JK yang tidak memihak kepada pasangan petahana.
Kemungkinan sikap partai ini didasarkan kepada dua pertimbangan,1).kalau dukungan diberikan kepada Ahok-Djarot maka konstituen atau simpatisan partai ini akan marah sehingga pada pemilu 2019 nanti akan mengalihkan pilihannya ke partai lain dan 2). Faktor Amin Rais.Sebagaimana terlihat karisma Amin Rais masih cukup tinggi pada lingkup partai yang didirikannya ini dan Amin Rais adalah salah seorang tokoh yang paling vokal menyerukan agar ummat Islam tidak memilih Ahok.