Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mama Aleta ternyata Seorang Perempuan Tangguh

26 Januari 2017   16:29 Diperbarui: 26 Januari 2017   16:37 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jujur saya tidak pernah mendengar nama Aleta Baun sampai ia diberitakan Harian Kompas ,26 Januari 2016 menerima sebuah penghargaan bergengsi dari tangan Menteri Lingkungan Hidup Siti  Nurbaya Bakar yaitu trofi Yap Thiam Hien Award 2016 tanggal 25 Januari yang lalu.
Perempuan yang akrab disapa dengan Mama Aleta itu menerima trofi bergengsi karena kegigihannya menjadi pejuang lingkungan dan menolak kegiatan pertambangan di Nusa Tenggara Timur.

Sepanjang yang saya ketahui Yap Thiam Hien Award adalah sebuah penghargaan yang diberikan oleh Yayasan Pusat Studi Hak Asasi Manusia kepada orang orang yang berjasa besar dalam penegakan hak asasi manusia di negeri ini.

Penegakan hak asasi manusia ?,lalu bagaimana nama yang belum pernah saya kenal itu menerima penghargaan yang mengabadikan nama seorang pengacara yang gigih memperjuangkan hak asasi manusia itu sehingga nama dan fotonya menghiasi Harian Kompas sebuah harian terbesar dan berpengaruh di  Republik ini.

Tetapi kemudian saya jadi tertegun sesudah membaca di Harian tersebut dan juga di media on line kembarannya Kompas.com ternyata perempuan yang tidak saya kenal itu adalah sosok pejuang yang tangguh di bidang penyelamatan lingkungan.
Ternyata ia mampu mentransformasikan gerakan individu  berbasiskan kearifan lokal menjadi aksi sosial tanpa kekerasan.

Dikisahkan sejak tahun 1995 ia gigih memperjuangkan lingkungan wilayah adatnya agar tetap lestari.Mama Aleta berani menolak kegiatan penambangan batu marmer di wilayah adat Mollo,yakni di gunung batu Nausus dan Anjaf .Kedua gunung batu itu merupakan bagian dari kebudayaan Mollo yang sarat dengan  berbagai filosofi.

Melawan pengusaha dengan segenap uang dan fasilitas yang dimilikinya bukanlah hal yang mudah dan mereka sering menggunakan berbagai cara untuk menyingkirkan orang atau kelompok yang mencoba menghalangi kegiatannya.Dan benarlah Mama Aleta juga di kejar kejar oleh kelompok bayaran dan harus bersembunyi di hutan berbulan bulan.Alangkah ironisnya seorang yang ingin mempertahankan wilayah adatnya tetapi harus menyingkir ke hutan meninggalkan tanah yang dicintainya.

Tapi Mama tidak gentar malahan ia berhasil menggalang dukungan yang pada awalnya hanya satu suku menjadi tiga suku.Ia bersama kelompok yang menentang penambangan bukan berjuang melalui kekerasan ,tidak ada batu batu yang dilemparkan ,tidak ada hardikan yang dikeluarkan tidak ada suara protes keras yang dikumandangkan tetapi yang mereka lakukan bersama suku dan kelompok perempuan sekitar 150 orang  hanyalah sebuah aksi damai: Menenun di lokasi tambang marmer.

Yang terjadi sungguh mencengangkan ,dua perusahaan tambang angkat kaki dari Mollo wilayah adat yang mereka banggakan.Mama Aleta telah berhasil mengajarkan kepada kita bahwa perjuangan tanpa kekerasan (Non Violence) ternyata juga sebuah pilihan cerdas untuk memperjuangkan sesuatu yang kita yakini kebenarannya.

Lalu saya menjadi teringat lelaki tua yang renta yang berkaca mata itu yang tubuhnya hanya dibalut kain yang amat sederhana dengan sandal seadanya tapi juga dengan gerakan Non Violence nya telah mampu membuat pemerintah kolonial yang menjajah negerinya ketar ketir dan dengan segala kesederhanaannya sampai sekarang ia masih diingat dunia :Mohandas Karamchand Gandhi.

Hal lain yang mengesankan saya tentang penghargaan kepada Mama Aleta ini adalah kejelian dewan juri memantau dan menemukan manusia manusia perkasa di negeri ini yang seperti Aleta Baun jauh dari hiruk pikuknya kehidupan Jakarta.Mungkin banyak lagi seperti Aleta yang lain yang bekerja dalam diam tidak membutuhkan publikasi tetapi berjuang sepenuh hati terutama untuk sesuatu yang mereka yakini berkaitan dengan kepentingan manusia.

Aleta yang tidak saya kenal itu sekarang telah muncul bayangan sosoknya di hadapan saya dan ia telah berobah dari perempuan yang tidak saya kenal menjadi perempuan yang saya kagumi.Aleta telah memberi sebuah inspirasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun