Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrat Anggap Prabowo Tidak Menghargai SBY

11 Februari 2019   12:45 Diperbarui: 11 Februari 2019   13:31 1538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam sekitar dua tahun ini kita selalu mendengar nada pesimis dari pernyataan- pernyataan Prabowo Subianto. Ketua Umum Partai Gerindra itu pernah menyatakan Indonesia akan bubar pada tahun 2030. Ia juga menyebut Indonesia akan punah .Diberbagai kesempatan dia menyoroti kebocoran anggaran .Berbagai kritikan nya tentang kehidupan bernegara sering kita catat.

Semua nada pesimistis yang dinyatakannya itu patut diduga mengarah pada satu hal : untuk menyelamatkan Indonesia maka Jokowi harus diganti. Langsung atau tidak langsung ,mantan Pangkostrad itu ingin mengatakan ,semua kelemahan yang terjadi itu akibat kepemimpinan yang lemah dari Jokowi.

Walaupun sejak awal dirasakan tidak semua kesalahan berawal dari Jokowi tetapi karena dalam suasana kontestasi demokrasi ,wajarlah Prabowo menimpakan semua kesalahan itu kepada sosok yang juga merupakan rivalnya di tahun 2014 itu.

Wajar  Prabowo terus mengkritik ,demikian ucapan dalam hati .Tidak mungkinlah mantan Pangkostrad itu memuji prestasi mantan Gubernur DKI itu sementara fakta menunjukkan mereka sedang bersaing.

Terasa lucu lah kalau Prabowo memuji - muji keberhasilan pembangunan infra struktur Jokowi.Karenanya sangat wajar kalau kritik pedas terus dilontarkan nya kepada rivalnya itu walaupun kritikannya itu sering tidak ditopang oleh data maupun fakta yang akurat. Tetapi yang agak aneh justru pernyataan nya baru - baru ini yang mengatakan kekeliruan arah pembangunan sudah terjadi sejak masa Orde Baru .

Dengan pernyataan ini, secara implisit Prabowo mengakui bahwa berbagai kelemahan yang dipaparkannya itu tidak semuanya melulu karena kesalahan Jokowi. Mari kita simak pernyataan capres 02 itu sebagaimana dikutip dari Kompas.com ,6/2/2019 .

"Bahwa arah pembangunan Indonesia saat ini menuju kearah yang keliru .Kekeliruan tersebut terjadi sejak puluhan tahun lalu bahkan saat Orde Baru berkuasa ".

Hal ini diungkapkan nya saat menghadiri perayaan ulang tahun ke-20 Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia ( FSPMI) di Sport Mall ,Kelapa Gading ,Jakarta Utara ,Rabu ( 6/2/2019).

"Dari awal ,dari sekian belas tahun ,sekian puluh tahun ,dan saya masih didalam Orde Baru saya sudah melihat arah perkembangan ,arah pembangunan Indonesia, sebenarnya arahnya menuju arah yang keliru ," ujar Prabowo.

Walaupun mantan Pangkostrad itu tidak menguraikan secara detail kekeliruan tersebut tetapi layak jugalah kita sepintas mencermati arah pembangunan dimasa Orde Baru itu .

Pada awalnya Orde Baru bertumpu pada trilogi pembangunan yakni ,1) .pertumbuhan ekonomi ,2). stabilitas politik dan 3). pemerataan hasil - hasil pembangunan. Pada waktu itu dibangun narasi ,pertumbuhan ekonomi perlu dipacu karena ibarat kue ,kue nya terlebih dahulu diperbesar dan sesudah kue itu besar akan terjadi " efek menetes kebawah " yang dikenal juga dengan istilah " trickle down Effect".

Disebutkan juga kalau kuenya tidak besar, apa yang akan dibagi-bagi. Seingat saya dimasa itu telah terjadi perdebatan akademik yang mengkritisi kebijakan memperbesar "kue pembangunan" itu ,karena dikhawatirkan kebijakan pembangunan yang demikian akan menumbuhkan kesenjangan  pendapatan antar daerah dan juga kesenjangan pendapatan diantara sesama warga bangsa .

Tidak salah kalau menafsirkan, memperbesar "kue pembangunan" diartikan sebagai memperbesar Gross National Product ( GNP) .Sesudah GNP besar ,barulah dapat dilakukan "pemerataan pembangunan" dengan asumsi akan terjadi "efek menetes kebawah".

Para pengeritik kebijakan yang demikian menawarkan kebijakan lain .Menurut pendapat ini ,yang perlu diprioritaskan adalah peningkatan kecerdasan bangsa yang sering juga kita sebut sebagai peningkatan kualitas sumber daya manusia .Pendukung kebijakan ini menginginkan agar proritas pembangunan bertumpu pada peningkatan " Physical Quality of Life Index" .

Pada kenyataan nya Pemerintah Orde Baru lebih cenderung kepada kebijakan " memperbesar kue pembangunan itu". Untuk itu lahirlah berbagai  kebijakan seperti pemberian konsesi hutan kepada pengusaha tertentu .Hutan  dibabat kemudian dieksport keluar negeri dengan dalih untuk memperoleh devisa.

Pemerintah juga sangat welcome dengan investor asing karena diyakini dengan investasi itu ,pembangunan di negeri ini akan semakin cepat. Kran pertama yang dibuka untuk investor asing itu antara pemberian Ijin untuk Freeport untuk mengolah hasil tambang di Papua.

Dalam masa itu terlihat adanya beberapa pengusaha yang memperoleh perlakuan khusus sehingga tidak dapat dikesampingkan kesan, terjadinya monopoli oleh pengusaha tertentu untuk bidang tertentu. Sejalan dengan berjalannya waktu maka mulailah terasa ada kesenjangan pendapatan yang makin dalam diantara sesama warga bangsa .

Untuk pembangunan negeri ini ,Pemerintah juga mengadakan pinjaman dalam skala besar kepada badan - badan keuangan internasional .Beberapa negara juga menghimpun sejumlah dana yang dikoordinir oleh IGGI atau Inter Governmental Group on Indonesia .

Kita tidak tahu apakah kebijakan yang seperti ini yang disebut Prabowo sebagai arah  yang " keliru " itu. Untuk saya ,pernyataan mantan Pangkostrad itu berkaitan dengan arah pembangunan yang keliru itu cukup mengejutkan juga ,karena selama ini dari beberapa narasi yang berasal dari kubu capres 02 ,justru memuji berbagai kebijakan pembangunan dimasa Orde Baru .

Untuk saya ,pernyataan capres 02 itu mengejutkan juga karena parpol Berkarya yang diidentikkan dengan keluarga Cendana merupakan salah satu parpol pendukung Prabowo - Subianto- Sandiaga Uno. Partai ini dalam berbagai kesempatan juga mengungkapkan keinginannya agar pembangunan Indonesia meniru pembangunan dimasa Orde Baru .

Dalam hati saya bertanya ,apakah partai ini tidak merasa kecewa dengan pernyataan Prabowo yang pernah menjadi bahagian keluarga Cendana itu? Sampai sekarang memang belum terdengar berita bahwa Partai Berkarya menyesalkan pernyataan capres 02 itu .Yang terdengar justru rasa kecewa dari petinggi Partai Demokrat.

Berkaitan dengan pidato Prabowo pada ulang tahun ke-20 FSPMI tanggal 6 Pebruari 2019 itu ,Amir Syamsudin , Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat menyesalkan pernyataan calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto, yang menyebut Indonesia sudah salah arah sejak era Orde Baru ( Kompas.com).

Amir menilai ,dengan pernyataan itu ,Prabowo turut mengkritik sepuluh tahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono .Padahal SBY yang juga Ketua Umum Partai Demokrat telah membawa partainya mengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019.

Selanjutnya Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat itu menyatakan, "Pernyataan tersebut melukai orang - orang yang sejauh ini sudah sedemikian teguh dan berkomitmen mendukungnya".

Amir Syamsudin kemudian menegaskan ," Terpulang kepada Prabowo ,namun agar diketahui walaupun banyak elite yang berperilaku tidak terpuji ,namun keliru kalau dikatakan semua elite " ,ujarnya .

Komentar Amir Syamsudin ini masih berkaitan dengan pidato Prabowo pada ulang tahun ke-20 FSPMI itu. Dalam kesempatan itu ,capres 02 menyatakan ," Saya melihat waktu itu kekeliruannya adalah bahwa elite bangsa ini ,elite yang tak ada gunanya .Elite ini gagal memberi arah kepada bangsa ,gagal untuk mengelola bangsa ini " ,ujar Prabowo.

Kemungkinan pernyataan Prabowo inilah yang membuat Amir Syamsudin mengemukakan tanggapannya seperti tersebut diatas. Kalau dicermati keseluruhan pidato Prabowo yang menyebut arah pembangunan yang keliru sejak masa Orba, juga tersirat pengertian sesudah masa Orba pun kekeliruan itu tetap terjadi .Kalau benar demikian maksud Prabowo ,maka masa sepuluh tahun pemerintahan SBY juga termasuk yang dikritiknya.

Sepanjang yang diamati ,pada kubu capres 02 ,hubungan Demokrat dengan Gerindra terkesan kurang harmonis. Kita masih ingat munculnya tuduhan petinggi Demokrat tentang adanya jenderal kardus ,mahar politik dan sebagainya. 

Disisi lain Gerindra juga menyatakan SBY/ Demokrat kurang serius memenangkan pasangan capres yang diusungnya itu. Dengan pernyataan Ketua Dewan Kehormatan Demokrat itu, maka semakin menarik untuk mencermati peran selanjutnya partai berlambang segi tiga mercy itu dalam memenangkan Prabowo Subianto- Sandiaga Uno .

Salam Demokrasi!

Sumber:

1. Kompas.com ,6/2/2019 : Prabowo Sebut Kekeliruan Arah Pembangunan Terjadi Sejak Orde Baru 

2. Kompas .com : Demokrat Nilai Prabowo Kurang Bijaksana karena Turut Kritik SBY.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun