Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Akankah PBB Kian Kuat jika Fungsionaris PPP dan Haji Lulung "Bedol Desa"?

18 April 2018   17:28 Diperbarui: 19 April 2018   17:06 3745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Setelah melewati proses panjang akhirnya Partai Bulan Bintang (PBB) dinyatakan sah oleh Bawaslu menjadi partai peserta pemilu 2019. Partai pimpinan Yusril Ihza Mahendra ini mendapat nomor 19 pada Pemilu nanti.

Ketika partai ini didirikan pada awal reformasi sesungguhnya banyak orang yang berharap dengan partai ini. Sebagian yang berharap itu adalah para tokoh atau simpatisan Partai Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia).

Oleh para pengamat politik,Masyumi dikelompokkan sebagai Muslim Modernis. Pada Pemilu 1955, Masyumi masuk pemenang empat besar dengan urutan: Partai Nasional Indonesia (PNI), Masyumi, Nahdlatul Ulama, kemudian disusul PKI.

Para intelektual Muslim yang merupakan petinggi Masyumi antara lain: Muhammad Natsir, Burhanuddin Harahap, Mr.Muhammad Roem, Mr. Syafruddin Prawiranegara, Prawoto Mangkusasmito, M. Yunan Nasution, dan sejumlah tokoh lainnya.

Masyumi beserta Partai Sosialis Indonesia (PSI) dibubarkan Presiden Sukarno tahun 1960 karena banyak diantara tokoh tokohnya yang terlibat PRRI/Permesta. Sejak tahun 1960 itu, para anggota dan simpatisan Masyumi tidak punya partai lagi.

Memang pada waktu Masyumi dibubarkan masih ada beberapa parpol yang berasaskan Islam seperti NU, PSII, dan Perti. Tetapi partai-partai tersebut dinilai kurang dekat dengan Masyumi.

Ketika Orde Baru mulai lahir maka dibentuklah Partai Muslimin Indonesia atau Parmusi dengan ketua pertamanya Djarnawi Hadikusumo. Kalau dicermati, partai baru inilah yang akan dijadikan wadah politik eks Masyumi atau simpatisannya. Tetapi kemudian terlihat warga eks Masyumi tidak terlalu nyaman dengan partai ini karena dalam perjalanannya partai ini terlalu mengikuti arah pemerintah Orde Baru.

Pada Januari tahun 1973, empat parpol Islam itu yakni NU, Parmusi, PSII, dan Perti bergabung atau tepatnya berfusi dalam satu parpol yang bernama Partai Persatuan Pembangunan.

Dalam tekanan politik Orde Baru tentulah partai ini tidak dapat berkembang secara optimal. Sesudah reformasi, PPP masih cukup eksis tetapi partai ini bukanlah dianggap sebagai jelmaan Masyumi.

Pada awal reformasi yang dianggap oleh sebahagian ummat sebagai penerus Masyumi adalah Partai Bulan Bintang. Pada pemilu 1999, PBB memperoleh kursi di DPR RI 2,81% dan pada pemilu 2004 memperoleh kursi di DPR RI yakni 2%.

Manuver cantik dan tepat dilakukan PBB pada Pilpres 2004, bergabung dengan partai koalisi pengusung SBY-JK yang kemudian memenangkan pertarungan pilpres yang untuk pertama kalinya dilaksanakan melalui mekanisme pemilihan langsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun