Indonesia Lawyers Club (ILC) yang tayang di TV One, Selasa (10/4/2018) malam, mengangkat tema yang cukup menarik, "Jokowi-Prabowo Berbalas Pantun". Dari tema tersebut, sudah dapat diduga, pokok bahasannya berkaitan dengan ucapan Prabowo yang mengatakan Indonesia Bubar 2030 yang kemudian ditanggapi agak serius dan sedikit keras oleh Presiden Joko Widodo.
Mengingat yang diperbincangkan itu ucapan Prabowo dan kemudian ditanggapi Jokowi maka komposisi pembicara pada ILC itu terdiri dari 3 kelompok yakni (1) Parpol pendukung Jokowi, (2) Parpol pendukung Prabowo, dan (3) Pengamat.
Pembicara dari parpol pendukung Jokowi antara lain Arya Bima (PDIP), Dwi Ria Latifah (PDIP), dan juga Akbar Faisal (Nasdem). Sedangkan dari kubu Prabowo hadir antara lain Fadli Zon (Gerindra) dan Mardani Ali Sera (PKS).
Sementara, dari kelompok pengamat antara lain terlihat Efendi Ghazali, Haris Azhar, Budayawan Sujiwo Tejo, dan Rocky Gerung (tenaga pengajar pada Departemen Filsafat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia/FIB UI).
Masing-masing kelompok terutama pendukung Jokowi tentu mengemukakan berbagai hal tentang kelemahan dan prestasi yang dicapai Jokowi.
Fadli Zon juga mengungkapkan alasan Prabowo yang menyatakan Indonesia Bubar Tahun 2030. Banyak kalangan yang menyebut bahwa ucapan Prabowo itu berasal dari novel fiksi yang berjudul " Ghost Fleet". Maka pada acara ILC itu Rocky Gerung berbicara tentang pengertian fiksi.
Menurutnya, banyak orang yang salah menapsirkan tentang arti fiksi sehingga sebagian di antaranya menyamakan arti fiksi dengan fiktif padahal kedua kata itu punya arti yang sangat berbeda.
Fiktif pada dasarnya mengandung pengertian "bohong" atau "kebohongan". Sedangkan menurut Gerung, fiksi merupakan energi positif untuk mengembangkan imajinasi. Fiksi bisa terjadi dan juga bisa tidak terjadi.
Menurutnya, Mahabrata adalah fiksi, begitu juga halnya dengan cerita cerita silat yang ditulis oleh Kho Ping Hoo. Fiksi adalah sesuatu yang belum terjadi dan fiksi juga adalah sesuatu yang diinginkan atau diharapkan akan terjadi. Dalam konteks pengertian yang demikian lah Rocky Gerung kemudian menyatakan kitab suci juga adalah fiksi.
Pernyataannya itu langsung dibantah oleh Faisal Akbar sembari menanyakan kitab suci agama mana yang disebut fiksi itu. Terhadap pertanyaan Faisal Akbar itu, Rocky Gerung tidak menyebut kitab suci agama mana yang dimaksudkannya.
Dari uraian Rocky Gerung yang saya ikuti di ILC itu saya menangkap kesan bahwa dosen Filsafat UI itu menyebut kitab suci disebut fiksi karena ada bagian yang belum terjadi yang diungkapkan kitab suci. Dia antara lain menyebut pemahaman agama tentang eskatologis yang menurut saya artinya kehidupan sesudah kematian.