Mohon tunggu...
Mappa Sikra
Mappa Sikra Mohon Tunggu... Jurnalis - One Life, live it

pensiunan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Prosesi Adat Harus Tetap Dipertahankan

7 Agustus 2020   19:41 Diperbarui: 7 Agustus 2020   19:34 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agus Tantomo bersama isteri Fika Juliana dalam balutan busana Dayak (dokpri)

SECARA bergantian selama 12 bulan, ada saja kegiatan budaya dan pesta adat yang digelar warga masyarakat.  Baik warga yang ada di pesisir pantai, di Pulau, di Pedalaman maupun dua kesultanan Sambaliung dan Gunung Tabur. Ini adalah asset besar yang harus dipertahankan.

Di Talisayan misalnya, ada perayaan yang dinamakan Buang Naas. Ini sudah lama ada. Prosesi sederhana, bagi wabup Agus Tantomo, adalah sebuah prosesi yang bisa menjadi daya tarik wisata.

Tak jauh beda dengan prosesi Mappanretasi (bahasa Bugis Mappanre dan Tasi, (Indonesia) memberi makan laut) atau lebih dikenal dengan Pesta Laut atau Pesta Pantai, adalah sebuah festival adat suku Bugis yang diturunkan secara turun-temurun dan dilaksanakan setiap bulan April di Pagatan, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.

"Pesta adat di Talisayan itu, akan kita kemas dengan meriah sebgai salah satu potensi daya tarik wisata,"kata Agus

Di Tanjung Batu ibukota kecamatan Pulau Derawan pun demikian. Ada prosesi melarung persembahan ke laut, dengan harapan warga tetap diberikan kesehatan dan sebagai ungkapan rasa syukur warga yang umumnya adalah nelayan. Doanya tetap pada ajaran agama yang diyakini.

Secara perorangan di pulau Derawan,  masih sering dilakukan warga. Prosesi ini menarik dan bisa menjadi pemikat bagi wisata.  Tinggal bagaimana menyesuaikan kalender kegiatan warga, agar bisa disaksikan.  Sebab, prosesinya berlangsung cepat.

Di wilayah pedalaman, menurut Wabup Agus Tantomo juga begitu.  Mulai dari kampung Bena Baru, kampung Merasa, kampung Tepian Buah dan hampir semua kampung dalam wilayah Segah dan Kelay, punya prosesi adat yang dilaksanakan setiap tahunnya. "Ini yang harus dikemas dengan baik dan dikembangkan secara terus menerus dan dari generasi ke generasi," ungkapnya.

Ia yakin, prosesi adat 'Baturunan' ataupun 'Pallas banua' di kekerabatan kesultanan Sambaliung dan Gunmung Tabur, ada yang lebih meriah lagi yang pernah dilaksanakan sejak dahulu. "pernah saya menyaksikan prosesi itu berlangsung meriah, dengan perahu berbalut kain kuning, menyeberangi sungai Segah,"tandasnya.

Jadi, semua itu tak bisa dilupakan. Biarkan apa yang berkembang di masyarakat terus dijaga dan dipelihara. Sebab, itu  akan menjadi refleksi perjalanan sejarah, adat dan budya  yang bisa disaksikan oleh generasi sekarang.(*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun