Mohon tunggu...
Ardy Baidhowy
Ardy Baidhowy Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Tulisan biasa

Ha?

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bumi Bulan (2)

8 Desember 2019   13:42 Diperbarui: 8 Desember 2019   14:15 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kamu gak mau bilang sesuatu ke Bumi?"

"Memangnya mau bilang apa lagi?"

"Ya... Mungkin mau bilang apa gitu."

"Entah. Aku takut dia berpikir aku terlalu banyak mendiktenya. Terlalu mengekangnya. Padahal asal kau tau kalau itu bentuk perhatianku. Tapi ya mau bagaimana lagi. Hanya saja kalau boleh aku bicara. Aku mau bilang, aku berbohong padanya beberapa waktu lalu. Aku bohong saat aku bilang cintaku berkurang. Yang terjadi sebenarnya adalah kepercayaanku yang berkurang. Ya mungkin karena terlalu sering diabaikan dan dipermainkan. Tapi lupakan sudah. Aku ingin memberitahunya kalau sebenarnya cintaku tak pernah berkurang. Aku hanya menahan sikap. Aku lebih pikir-pikir saat akan mengambil sikap. Itu saja. Cintaku tak akan berkurang, semoga."

"Kalau seperti itu, kenapa kau bilang padanya kalau cintamu berkurang?"

"Hmm.. Itu. Aku ingin tau responnya saja. Meski ternyata mengecewakan. Sebelum itu, dia yang bilang ke teman kami kalau cintanya berkurang. Bayangkan betapa sakitnya aku. Tapi aku mencoba menata hati, biar tak terlalu nanar. Aku 'mencoba' melakukan hal yang sama meski kali ini aku hanya pura-pura. Tapi yang kudapati, responnya biasa saja. Benar-benar seperti tak ada aku lagi di hatinya. Lagi-lagi, bisaku hanya berusaha menata hati saja. Mau bagaimana lagi, kan?"

"Tapi kamu bisa saja bicara seperti ini pada saat itu."

"Kau tak tau kondisinya. Dia selalu tak ada waktu. Bahkan untuk dirinya sendiri. Apalagi untukku, kan? Kalau kau tanya mengapa, ya karena aku memikirkan keadaannya juga. Aku tak mau membuang waktunya disaat dia sedang sibuk-sibuknya. Kan sudah kubilang, aku hanya ingin dia baik-baik saja. Bahkan kadang aku tak memikirkan diriku sendiri. Tak memikirkan hatiku sendiri. Meski kadang Bumi masih menuduhku egois. Aku hanya diam saja, mengiyakan omongannya, lalu meminta maaf."

"Kamu lelaki, Bulan. Jangan terlalu merendahkan dirimu begitu."

"Bukan begitu. Ya meski terlihat begitu, aku tidak sedang merendahkan diriku sendiri. Aku hanya berusaha menjunjungnya tinggi. Aku menghormatinya. Aku menghargainya. Tak ada satupun hal yang boleh melukainya. Begitu pikirku. Aku hanya berprinsip seperti itu. Kalau kelihatannya aku sangat rendah, ya biar saja. Yang penting Bumi masih tinggi. Toh aku, tidak ada yang melirikku kecuali di awal, pertengahan, dan akhir saja. Soal sinar, aku kalah jika dibandingkan dengan Matahari."

"Apa yang membuatmu seperti ini, tahan dengan hal-hal seperti ini?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun