Mohon tunggu...
Melda Imanuela
Melda Imanuela Mohon Tunggu... Penulis - Founder Kaukus Perempuan Merdeka (KPM)

Trainer, Education, Gender and Financial Advisor

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kuat karena Bersatu, Bersatu karena Kuat

15 Mei 2018   22:47 Diperbarui: 15 Mei 2018   23:22 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Kasus teror bom di Mako Brimob dan Surabaya pada bulan Mei 2018 membuat kaget bahkan resah dikalangan masyarakat kita di Indonesia. 

Pro dan kontra respon masyarakat dan pengambilan kebijakan yakni Pemerintah, BIN, Densus 88, BNPT dan Polisi. 

Group wa, telegram, line, FB, IG, Twitter dan pengguna medsos yang lainnya. Saya hanya mengelus dada saja mereka yang membuat status membela Agamanya Islam sudah dicemari, teroris pengalihan isu, rekayasa, dan masih banyak yang lainnya.

Agama Islam itu adalah kita. Kita adalah wajah agama kita yang anut. Saya tetap percaya dan menyakini agama Islam penuh kasih sayang bukan kekerasan. Berani jujur itu hebat mari buka hati dan cek kembali pelaku teror atau bom dan melakukan  kekerasan dengan mengibarkan panji-panji dan lafal agama mulai dari  KTP dan akun medsos mencantumkan agama apa?. 

Jika sebagian agama Islam tercoreng karena bisa jadi pimpinan daerah atau wakil rakyat bahkan partai politik yang menunggangi dan beragama Islam, juga dari tingkah laku kehidupan kita sebagai penganut agamanya serta bisa jadi ada oknum yang ingin mencemarkannya. Semua kemungkinan bisa terjadi. 

Terpenting adalah soal nyawa manusia dan sebangsa setanah air kita Indonesia menjadi korbannya. Bisakah kita menanggalkan ego kebenaran agama yang kita anut?Kalau tidak bisa berempati cobalah untuk simpati atau Tepo selira yakni merasakan apa yang dirasakan orang lain dalam hal ini menjadi keluarga korban.

Apapun yang terjadi kekerasan, kebiadaban bahkan terorisme yang kini berlabel agama tidak dibenarkan. Hanya kita mengembalikan stigma agama Islam untuk membuktikan bahwa agama dan umat Islam cinta damai, penuh kasih sayang dan toleransi terhadap sesamanya dan yang berbeda dengannya.  Ini menjadi tugas bersama sebagai umat Islam di dan sebagai warga negara Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika.

Jika hari ini sekitar kita termasuk saya kuatir dan takut dengan yang berjenggot, bercadar dan celana cingkrang itu bagian dari sebuah konsekuensinya. Tapi lambat laun akan membaik seiring waktu berjalan karena kita semua saudara dan sebangsa setanah air.

Lagi-lagi Sukarno mengingatkan saya, beliau berkata " perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah tetapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri".

Bangsa kita lagi diuji semoga Bulan Ramadhan yang akan kita jalani tanggal 17 Mei 2018 mengajarkan lebih berbenah, saling memaafkan  dan memperkuat rasa persatuan dan kesatuan kita sebagai Bangsa Indonesia.

Saya sempat terbesit melihat YouTube, pemberitaan media cetak dan online, teve, radio bahkan buku bacaan bagaimanan negara Libya dan Suriah merupakan negara yang damai dan penuh toleransi menjadi porak poranda karena terpecah belah dan hidup masyarakat dalam keadaan perang, bom, nyawa bergelimpangan di mana-mana, anak-anak menangis dan berteriak karena takut dan kelaparan serta perempuan menjadi korban perang. Jujur saya tidak ingin demikian dan kita juga tak mau itu terjadi di Indonesia. Tidak merasakan sekolah, makan, jalan-jalan dan kedamaian lainnya yang kita nikmati sehari-hari di negara kita.

"Kuat karena Bersatu, Bersatu karena Kuat"

#sambutbulanpuasa2018

#IndonesiaadalahKITA

#kamitidaktakut

#bersatulawanterorisme

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun