Mohon tunggu...
Melda Imanuela
Melda Imanuela Mohon Tunggu... Penulis - Founder Kaukus Perempuan Merdeka (KPM)

Trainer, Education, Gender and Financial Advisor

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesepakatan dalam Rumah Tangga

14 Januari 2018   01:11 Diperbarui: 14 Januari 2018   01:45 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kesepakatan"

Setiap hal dalam hidup adalah soal kesepakatan yang dibangun dengan komunikasi.

Apalagi memiliki kesepakatan bersama untuk membawa hubungan dalam ikatan yang lebih serius dalam membangun rumah tangga.

Saya mungkin bicara teoritis dan mendengarkan pengalaman orang tua saya sendiri, petuah mamak dan kakak perempuan saya serta bapak sewaktu saya beranjak dewasa. Saya juga mendapat pengetahuan itu pengalaman dari teman-teman sekitar, media sosial, media cetak bahkan ibu-ibu didesa yang pernah saya temui.

Komunikasi terus diupayakan dan sebagai landasan utama dalam hubungan yakni tentang kesepakatan. Ruang diskusi bahkan sampai kadangkala ada urat syaraf yang meninggi saat menemukan jalan buntu langkah yang saya dan dia ambil tenang sejenak. Filosofi api dan air itu yang selalu dipraktekkan.

Demikian halnya soal berbagi peran nantinya urusan domestik dan publik itu bagian yang terus menerus diupayakan untuk mendapatkan kata sepakat. Apalagi jika Allah menitipkan anak-anak dalam rumah tangga yang dibangun bersama.

Rumah tangga adalah rumah selalu ada tangga yang harus dilewati untuk dapat terus belajar menjaga komunikasi dan merawat rasa cinta di hati.

Kesepakatan bersama adalah hal yang sangat penting untuk menjaga keharmonisan hubungan kita. Kesepakatan bersama bisa terjadi dengan ditemani kopi ataupun teh. Kadang serius dan terkadang pula dengan canda tawa.

Dinamika yang menyapa kita saat berumah tangga sangatlah kompleks hal kecil bahkan mungkin sepele bisa jadi pertengkaran. Saat disadari terkadang bisa di tertawa sendiri. Terbiasa sendiri dan mandiri kini harus mulai berpikir bersama dengan meletakkan ego sendiri demi sebuah kata sepakat untuk mewujudkan kebahagiaan bersama menyadari aku dan dia terlahir dan dipertemukan dengan segala perbedaan. 

Bukan persoalan menang dan kalah karena berumah tangga bukan pertandingan ataupun penundukkan. Saling menyadari bahwa tubuh adalah otoritas kita sepenuhnya yang melekat hak-hak sebagai manusia. Apalagi terpengaruh akan eloknya rumput tetangganya. Maka pentingnya membangun pondasi rumah tangga dengan kokoh, penuh cinta kasih dan kemanusiaan.

Berumah tangga adalah awal perjuangan tentang hidup yang monoton dan berkepanjangan karena kita akan habiskan dengan pasangan sepanjang hidup yang Allah berikan kepada kita. Sehingga menjadi penting sebuah kesepakatan itu secara terus menerus dibangun sepanjang hayat. Dan selalu bersama mengupayakan yang monoton menjadi proses yang indah yang mendewasakan diri kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun