Mohon tunggu...
dindin maeludin
dindin maeludin Mohon Tunggu... Lainnya - ASN di Badan Pusat Statistik

Pituin dari Desa Lumbungsari dan masih aktif sebagai ASN di BPS Kabupaten Ciamis.. ..belajar untuk mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

NTP Naik, Akankah Kesejahteraan Petani Meningkat?

26 April 2021   11:20 Diperbarui: 26 April 2021   11:31 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani Padi Sawah (Pixabay)

Bagi negara yang sedang berkembang pertanian merupakan sektor terbesar dalam pembangunan ekonomi. Salah satunya Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya jumlah penduduk atau tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian. Dimana sektor pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai tujuan untuk mensejahterakan masyarakat petani yang lebih meningkat dan merata.

Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material, maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, rumah tangga serta masyarakat, Sunarti (2012).

Dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, para petani mempunyai peranan yang sangat penting bagi sektor perekonomian. Karena kegiatan di sektor pertanian merupakan pemasok utama sebagian besar kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Dengan semakin bertambahnya penduduk maka konsumsi pangan juga akan meningkat, sehingga dapat meningkatkan perekonomian para petani.

Namun sekarang ini masih terlihat nasib petani masih jauh dari kata sejahtera. Kesejahteraan para petani selama ini masih sulit untuk mengalami peningkatan. Terlebih sekarang di negara kita masih dilanda pandemi Covid-19 yang belum tahu kapan akan segera berakhir. Apalagi jika dilihat dari data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dari tahun ke tahun jumlah petani semakin berkurang.

Data jumlah petani di tahun 2019 terdata ada sekitar 34,58 juta orang. Namun jika dibandingkan dengan data tahun 2020 jumlahnya semakin menurun, menjadi 33,4 juta saja jumlah petani yang masih bergerak di sektor komoditas pertanian. Itu pun pekerja pertanian banyak didominasi oleh penduduk yang berusia lebih dari 50 tahun.

Rendahnya kelompok usia muda yang bekerja disektor pertanian bukan fenomena baru. Salah satu alasan utamanya tidak lain berkaitan dengan ekonomi. Selama ini pekerjaan sebagai petani dipandang sebagai profesi yang tidak menjanjikan. Karena sektor ini bukanlah sektor yang menarik secara ekonomi.

Namun permasalahan ini sedikit teratasi dengan pencanangan gerakan tani milenial yang dilakukan oleh pemerintah melalui Kementrian Pertanian. Dengan harapan melalui peningkatan minat generasi muda terhadap pertanian akan semakin tumbuh. Terlihat dari sejak diberlakukannya gerakan ini sudah banyak petani dari generasi milenial yang berhasil meningkatkan produktivitas pertanian.

Pusat Data dan Informasi Pertanian (PUSDATIN) juga sepakat untuk bersinergi mendukung proses Satu Data Petani Milenial ini. Bahkan, Staf Khusus Presiden Billy Mambasar pun mengapresiasi serta mendukung penuh upaya Kementan untuk menyajikan Satu Data Petani Milenial ini.

Dalam mengukur tingkat kesejahteraan petani, instrumen yang digunakan salah satunya adalah Nilai Tukar Petani (NTP). Peningkatan NTP mengindikasi terjadinya peningkatan kesejahteraan petani, begitu juga sebaliknya.

Sebagai proxy indikator kesejahteraan petani, Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dengan cara membandingkan dua indeks yaitu Indeks Harga Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Dibayar Petani (IB). Angka NTP menunjukkan kemampuan tukar (term of trade) komoditas hasil pertanian dengan barang dan jasa konsumsi petani baik untuk keperluan rumah tangga petani maupun biaya keperluan proses produksi. Semakin tinggi angka NTP maka ini berarti semakin kuat kemampuan daya beli petani.

Penelitian yang dilakukan oleh Hendayana menunjukan bahwa peningkatan NTP sebesar satu persen akan meningkatkan produksi 0,02 persen, dan peningkatan NTP sebesar satu poin akan meningkatkan pendapatan Rp. 1.285,8. Jadi, meningkatnya NTP yang dilihat dari produksi dan pendapatan akan meningkatkan kesejahteraan petani (Hendayana 2002).

Dikutip dari rilis Berita Resmi Statistik (BRS) menunjukan NTP di Bulan Maret 2021 berada di angka 103,29 persen atau naik 0,18 persen dari Bulan Februari 2021 (m-to-m). Dimana pada Bulan Februari 2021 berada di 103,10 persen.

Besar kemungkinan dengan adanya peningkatan kesejahteraan petani saat ini akan memberikan efek positif bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Oleh sebab itu, saatnya kita tumbuhkan kesadaran bersama akan pentingnya mengawal kesejahteraan petani, melalui hilirisasi produk pertanian, inovasi, dan regenerasi petani muda.

Berdasarkan kesimpulan data di atas, diharapkan tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya di tingkat pedesaan akan semakin terangkat bahkan lebih jauh akan semakin terhapus tingkat kemiskinannya. Karena secara tidak langsung dengan berkurangnya tingkat kemiskinan merupakan suatu kebanggaan atas keberhasilan suatu daerah, sesuai dengan tujuan dan cita-cita pembangunan universal dengan agendanya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) Tahun 2030.

Berharap semoga kedepan kesejahteraan petani semakin meningkat dan bertambah pula generasi muda yang menekuni sektor pertanian.[*]

Sudah dimuat di media online kumparan.com (hari Senin, 26 April 2021)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun