Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cilegon Undercover 2: Melihat Eksistensi Waria Sumampir di Belakang Kantor Wali Kota

7 Juli 2022   02:59 Diperbarui: 7 Juli 2022   03:08 2061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi poster film Lovely Man yang diperankan Donny Damara (dok Karuna Picture)

Jika di Jakarta ada Taman Lawang, maka di Kota Cilegon ada Lapangan Sumampir. Meski kini Lapangan Sumampir sudah tergusur oleh pembangunan mall, namun tidak menghilangkan eksistensi para waria berkumpul setiap malam.

Sumampir yang terletak di belakang Kantor Wali Kota Cilegon itu sejak dulu sudah dikenal tempat "mangkal" para waria. Lokalisasi para waria ini kabarnya sudah ada sejak awal tahun 90-an.

Kini, ketika Kota Cilegon sudah banyak perubahan dan pembangunan. Lokalisasi waria ini tetap eksis dibandingkan tempat lokalisasi atau tempat yang biasa digunakan untuk prostitusi wanita malam yang banyak tergusur, seperti Sangkanila Merak hingga warung remang-remang Jalan Lingkar Selatan.

Sebutan bencong (waria) Sumampir sudah akrab di telinga masyarakat Cilegon. Sehingga kawasan lokalisasi Waria ini memang menarik dikulik untuk diceritakan. Apalagi penulis kerap melintas di kawasan itu ketika hendak pulang ke rumah setiap malam.

Setelah mendapatkan respon komentar pembaca pada artikel Cilegon Undercover pertama, banyak pembaca yang minta mengulas tentang kondisi para waria ketika sedang mangkal di Sumampir.

Menjelang tengah malam, saya melakukan perjalanan dengan menaiki sepeda motor berdua bersama kawan. Dari Landmark Cilegon kemudian ke arah lampu merah ADB, ambil jalur kanan ke jalan Yasin Beji.

Dua orang waria sudah tampak di depan mall. Kemudian ambil jalur kiri arah Hotel The Royale Krakatau, disana ditemukan satu orang waria sedang ngobrol dengan pengendara motor di trotoar Junggel Park. Di jalanan yang minim penerangan lampu jalan itu terlihat ada lebih banyak waria.

Perjalanan kemudian putar balik, dua waria masih ada di depan mall. Tak disangka waria itu tepuk tangan memanggil. Namun kita tidak peduli dengan tetap jalan, kemudian belom ke kiri menuju kampung Sumampir, ambil arah jalan bawah menuju Simpang, ada tiga waria sudah mangkal di tempat cuci motor pinggir sungai.

Diperkirakan malam itu ada belasan waria yang sudah tampil cantik layaknya perempuan tulen.

Agak ngeri sebenarnya mengulik cerita mereka. Namun kemudian saya mencari tahu dari pedagang warung yang berada di wilayah tersebut. Mamang warung memberikan informasi biasanya para waria sudah muncul sejak pukul 20.00 WIB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun