Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cilegon Undercover: Kisah Pilu PSK Tua Mangkal di Depan Kantor Kelurahan

24 Juni 2022   02:40 Diperbarui: 24 Juni 2022   02:43 15965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan Simpang Tiga Cilegon saat dini hari (dokumen pribadi)

"Bisa pijat, saya ada tempat dekat sini. Atau mau lebih pun saya mau," katanya.

Dari sini saya sudah paham. Sejak lama saya sering melihat beberapa perempuan dengan usia yang tak lagi muda mangkal, terutama sekitar jalan menuju kenangan dan di depan bangunan hotel yang tak lagi beroperasi (arah Sumampir).

Ini kesempatan pertama saya untuk bisa mengobrol diantara salah satunya. Sita mengaku sudah menjalani kehidupan malam sejak usia 25 tahun, atau setelah ditalaq lelaki yang membuatnya melahirkan tiga buah hati.

Dulu, Sita masih bisa mangkal di sejumlah tempat hiburan malam. Tubuh mudahnya dulu banyak disukai para pekerja pabrik dan para sopir truk di dekat Pelabuhan Merak.

Di usia yang tak lagi muda, rupanya Sita terpaksa menjalani kehidupan malam setelah anak laki-lakinya diringkus polisi. Siang hingga sore bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga tak mencukupi kehidupan selama satu bulan. Uang hanya cukup untuk bayar sepetak kontrakan dan hutang.

"Sering dapat cemooh dari orang. Tapi tidak saya pedulikan. Biarin sudah tua juga," kata Sita dengan nada kesal.

Keinginannya cukup sederhana, bisa buat makan dan membeli rokok. Namun rupanya kebutuhan itu tidak sederhana bagaimana cara mendapatkan uang.

Sita tidak sendiri. Ia bersama teman-temannya yang juga tidak lagi muda. Sasarannya melayani lelaki yang tak punya banyak uang.

"Bisa dapat Rp50.000 saja sudah bagus," kata Sita. Bahkan hingga berhari-hari, apalagi musim hujan, Sita pulang subuh tanpa membawa uang seperak pun. Padahal ia pun butuh membeli sarapan sebelum berangkat kerja.

Para perempuan pekerja malam yang tak lagi muda ini memang ada. Hanya saja keberadaanya tidak dipedulikan dengan lingkungan sekitarnya.

Tampilan yang terkesan norak dengan dandanan dan busana seadanya, Sita mengaku kerap kalah saing dengan para waria yang mangkal di sekitaran jalan Sumampir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun