Malah, banyak yang menganggap bahwa berita ini dipolitisir agar tidak ada keramaian saat pergantian tahun. Apalagi kawasan wisata Pantai Anyer menjadi primadona tujuan wisata.
Lagi pandemi covid-19 saja masih banyak yang bandel tetap berwisata, apalagi cuma prediksi tsunami.
4. Sangat Percaya Takdir
Jika terjadi tsunami, ya sudah menjadi takdir dari Allah. Percaya hidup dan mati sudah menjadi ketentuan Allah.
Jika seandainya terjadi tsunami 8 Meter meluncur ke daratan, pertama yang dihantam gelombang air laut adalah pabrik-pabrik kimia.
Di Cilegon sedikit menyisakan garis pantai. Sepanjang garis pantai sudah dibangun pabrik-pabrik besar dan berbahaya jika mengalami kerusakan.
Membayangkan tsunami 8 Meter menghantam sebuah pabrik kimia saja, maka warga Cilegon tidak bisa menghindar dari gas beracun atau mungkin radiasi ledakan.
Apalagi mitigasi bencana belum masuk pada kurikulum di sekolah dan minimnya edukasi terhadap masyarakat. Sirine peringatan dini jika terjadi tsunami pun tidak ada, apalagi titik kumpul evakuasi yang entah ada di mana?
Jadi ketakutan bukan pada ketinggian gelombang 8 Meter, tapi bencana yang ditimbulkan dari kerusakan pabrik-pabrik. Jika sudah terjadi namanya takdir.
Alasan-alasan ini masih logis jika dikaji pada kehidupan sosial budaya masyarakat Kota Cilegon. Ramalan atau prediksi sangat wajar dengan memperhatikan kondisi alam dan aktifitas manusianya.Â
Kapan pun prediksi terjadinya tsunami, Â harapannya tentu mendapatkan perlindungan dan dijauhkan dari marabahaya dengan keselamatan.