Mohon tunggu...
Mang Pram
Mang Pram Mohon Tunggu... Freelancer - Rahmatullah Safrai

Penikmat kopi di ruang sepi penuh buku || Humas || Penulis Skenario Film || Badan Otonom Media Center DPD KNPI Kota Cilegon

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Banjir dan Keteledoran Budaya Konsumtif Plastik

26 Februari 2020   22:31 Diperbarui: 26 Februari 2020   22:43 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tumpukan sampah plastik di aliran sungai (foto instagram @aniesbaswedan)

Tanpa kita sadari, terjadinya banjir bisa saja karena kelalaian kita. Sebagai mahluk sosial yang konsumtif, penggunaan plastik masih menjadi kegemaran. 

Lho, kenapa menyalahkan plastik?

Begini, tulisan ini terinspirasi dari penggunaan plastik yang cukup menumpuk di tempat sampah. Di saat banjir, makanan yang simpel adalah mie instan. Baru tersadar jika plastik kemasan mie instan sudah keluar dari rumah akan menyebabkan dampak buruk pada lingkungan.

Ini bagian terkecil saja, saat merebus mie instan 5 bungkus, maka akan dihasikkan 5 plastik kemasan, di dalamnya terdapat plastik pembungkus minyak dan bumbu dengan total 10 buah.

Kita tidak tahu ketika petugas kebersihan di perumahan membawanya kemana. Ke tempat pembuangan akhir sampah atau terjatuh di jalan.

Saat banjir kemarin, ketika menyerang genangan air sepinggang di Cempaka Putih Barat demi bisa membeli makanan untuk keluarga, rupanya banyak sampah plastik yang mengapung.

Plastik-plastik itu cukup banyak. Mulai kemasan botol minuman penyegar yang biasa dibeli, sterofom pembungkus makanan, hingga kemasan makanan ringan dengan jumlah yang sangat banyak. Dilihat dari merknya saja sudah sangat akrab selalu dikonsumsi.

Saat sampai di minimarket, kita bisa melihat sebagian besar kemasan barang yang dijual terbungkus dengan plastik.

Plastik berdasarkan sifatnya adalah tidak bisa terurai dengan cepat. Butuh puluhan hingga ratusan tahun untuk mengurainya. Petualangan plastik akan tetap bertahan di bumi setelah kita berganti generasi hingga tujuh turunan pun akan tetap terwariskan sampah.

Plastik menjadi benda favorit yang paling banyak digunakan. Simpel dan aman untuk membawa barang. Karena simpel itulah kita menganggapnya sudah menjadi biasa. Kebiasaan yang tidak menyadarkan kita bahwa keberadaannya akan terus ditolak bumi hingga waktu yang sangat lama.

Dari penggunaan plastik yang kita gunakan setiap hari saja, bisa diukur berapa banyak plastik sekali pakai yang sudah bertebaran di muka bumi.

Sebagai sempel, jika setiap hari kita membeli makanan dan minuman dengan kemasan plastik, sebut saja sehari menggunakan dua kemasan plastik, maka dalam sebulan setidaknya sudah menggunakan 60 plastik. Jika ditambah dengan 1.000 warga perumahan, maka bisa menghasilkan 60.000 sampah plastik. Milyaran plastik yang kita gunakan tanpa disadari menjadi ancaman serius.

Lalu hubungan dengan banjir apa?

Plastik yang tidak bisa terurai tentu menjadi sumber masalah. Sifatnya yang juga padat akan bahaya jika menjadi tumpukan yang menyumbat aliran air. Air yang seharunya lancar masuk ke gorong-gorong, jika tersumbat maka air akan tertahan dan menyebabkan banjir.

Kondisi Jakarta dengan padat penduduk, penggunaan plastik setiap harinya pastilah sangat banyak.

Nasib plastik yang tidak bisa terurai juga belum tentu bisa sampai ke tempat pembuangan akhir sampah. Kita terkadang meninggalkan begitu saja botol minuman yang sudah habis. Bahkan kita yang sudah memasukan sampah pelastik ke dalam tempat sampah pun masi bisa ke keluar lagi.

Kita yang selalu menyepelekan plastik masi belum sadarkan jika pelastik menjadi bagian dari penyebab banjir. Ini nyata adanya. Jika terjadi banjir bisa cek aliran sungai dan gorong-gorong untuk menjumpai plastik.

Dibuang setelah merasa tidak bermanfaat lagi, itulah plastik. Menjadi buah simala kama, keberadaanya yang mengancam lingkungan akan merugikan kita juga.

Jika plastik punya rasa dendam setelah dicampakan, banjir adalah cara plastik untuk balas dendam kepada manusia.

Penanganan banjir bukan soal tanggungjawab pemerintah saja, perlu peran setiap individu sadar akan dampak lingkungan juga sangat dibutuhkan.

Yuk, kurangi penggunaan plastik!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun