Bagai makan buah Si Malakama, ketika menjadikan rencana penanganan banjir sebagi janji manis kampanye Pilkada DKI Jakarta.
Banjir memang menjadi masalah besar di Ibukota yang belum bisa diatasi hingga saat ini. Berdasarakan catatan sejarah, disebutkan wilayah Jakarta dulunya adalah hamparan rawa-rawa. Wajar jika sejak zaman Kerajaan Tarumanegara, beralih masa kolonialisme Belanda, hingga masa kemerdekaan saat ini, banjir masi tetap hadir menghantui warga Jakarta.
Buah Si Malakama itu harus dirasakan gubenur saat ini. Teori Anies mengatasi banjir dengan membiarkan air meresap ke dalam tanah secara logika memang bisa diterima, serta menjadi andalan dalam kampanye merebut simpati pendukungnya.
Namun banjir yang terjadi di awal tahun 2020 menjadi bumerang bagi Anies. Teori mengatasi banjir dengan air yang dimasukan ke dalam tanah tidak bisa terbukti. Air kiriman dari hulu yang begitu besar kesulitan mencari tanah resapan. Akibatnya sejumlah wilayah tengelam karena banjir. Wilayah Jakarta lumpuh di hari pertama pergantian tahun baru.
Setelah banjir surut, Anies harus siap menerima gelombang tuntutan warganya. Ratusan warga beramai-ramai melaporkan gugatan hukum kepada gubenurnya.
Sudah menjadi resiko bagi seorang pemimpin menghadapi protes warganya. Konsekwensi dari janji-janji yang pernah disampaikan saat kampanye yang tidak bisa terealisasi.
Sebagai pemimpin, sebenarnya Anies sudah berbuat banyak saat mengatasi banjir kemarin. Melalui akun instagram Anies sering menunjukan keberadaannya di lokasi banjir, tidak peduli hujan dan dinginnya malam hari. Anies sudah bertanggungjawab dalam mengatasi banjir. Hanya saja ada warga yang merasa Anies belum bisa secara sigap mengatasi banjir.
Manis pahitnya Buah Si Malakama harus ditelan Anies. Menjadi pelajaran bagi siapa pun yang nanti maju pada kontestasi Pilkada DKI Jakarta atau pun Pemilihan Presiden untuk tidak menjadikan banjir Jakarta sebagai janji manis kampanye.
Menjadikan banjir sebagai materi janji-jani kampanye sebaiknya cukup sampai di Anies saja. Tapi bukan berarti program mengatasi banjir sudah tidak diperlukan lagi. Banjir yang membandel itu akan terus hadir di musim hujan sebelum ada yang berhasil memecahkan solusinya. Banjir juga akan tetap menjadi tanggungjawab siapa pun yang memimpin Jakarta.
Tidak ada salahnya siapa pun memiliki rancangan Jakarta bebas banjir, asalkan didukung dengan rencana yang dipertanggungjawabkan dan mampu membuktikan. Belajar dari kampanye sebelumnya, manisnya janji akan berubah pahit jika tidak bisa direalisasikan.
Perlu diingat, para Gubenur Jakarta pasti sudah berusaha keras merancang mengatasi banjir Jakarta. Tidak elok juga selalu dibanding-bandingkan kinerja Anies dengan para mantan gubenur sebelumnya.Â