Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Siswa yang Beradab

10 Oktober 2022   19:01 Diperbarui: 10 Oktober 2022   19:17 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: dokumentasi pribadi 

Sebaliknya, seorang siswa yang tidak menghormati dan memuliakan gurun maka proses pembelajarannya akan menjadi jauh lebih sulit. Ikhtiarnya akan bernilai sia-sia karena pintu masuknya ilmu ke dalam kalbu akan terus tertutup tanpa rida dan ikhlas yang diberikan oleh seorang guru. Ilmu tidak akan pernah bisa masuk ke dalam hati yang keras, kotor dan gelap gulita. Sebab ilmu sendiri sifatnya seperti cahaya. Menerangi dan memudahkan tindak-tanduk setiap orang yang memiliki hati yang tulus, bersih dan sehat.

Mengamalkan ilmu

Sedangkan poin pamungkasnya adalah mengamalkan ilmu. Ilmu tidak hanya untuk dipelajari, dipahami dan dihafalkan begitu saja melainkan pengamalan atas suatu ilmu yang dipelajari adalah postulat utamanya. Mengamalkan ilmu yang dipelajari itu jauh lebih penting daripada kita pandai dalam berjubel teori. Mengapa demikian? Sebab seorang yang paham akan ilmu belum tentu mampu mengamalkan ilmu yang ia tahu. 

Atas dasar demikian maka ada tiga kategori orang yang berilmu, yakni ia tahu tapi tidak bermanfaat untuk dirinya, ia tahu tapi ia enggan mengamalkannya dan ia tahu sedangkal apa ilmu yang dimilikinya akan tetapi dengan bergegas ia menyeimbangkan dengan mengamalkannya. Kategori orang yang berilmu ketiga itulah yang harus kita contoh. 

Jenis orang yang berilmu satu dan dua seperti halnya pepatah orang Arab: "Al Ilmu Bila Amalin Kasyajari Bila Tsamarin (ilmu tanpa amal ibarat pohon tanpa buah)". KH. Kamuli Khudlori menegasakan bahwa: "pohon harus bisa berbuah, ilmu yang sudah didapat harus diamalkan agar bisa lebih bermanfaat". Itu berarti sama dengan ilmu tanpa amal adalah gila, sedang amal tanpa ilmu adalah sia-sia. 

Hal yang demikian senada dengan pernyataan sahabat Rasulullah Saw yang ketiga, Utsman bin Affan pernah berkata: "Tanpa ilmu, amal tidak ada gunanya. Sedangkan ilmu tanpa amal adalah hal yang sia-sia".

Beruntunglah jenis orang yang berilmu ketiga, karena kesadarannya atas ilmu yang dibarengi dengan amal tidak lain sejatinya memperoleh dua keutamaan dalam menjalankannya: kebaikan atas dirinya dan keberkahan atas ilmu yang dipraktekkannya. Tidak menutup kemungkinan pula keberkahan dan kebaikan itu muncul tatkala ilmu itu diamalkan dan dipraktekkan oleh orang lain yang menerimanya. 

Di samping itu, jenis orang yang berilmu ketiga ini jug termasuk sebagai kategori golongan dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad, ath-Thabroni, ad-Duruqutni yang kemudian dihasankan oleh Al-albani dalam Shahihul Jami' 3289: "Khairunnaasi Angfa'uhum Lin Nasi (sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (orang lain)".

Catatan untuk ke depannya: sesibuk apapun itu di lain waktu kami akan berusaha Istikamah untuk menghelat upacara bendera, sebab melalui upacara bendera kami berusaha menumbuhkan dan mengamalkan cinta tanah air (nasionalisme) ke dalam diri seluruh siswa.

Tulungagung, 10 Oktober 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun