Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengganyang Literasi sebagai Proses Menjadi dan Ladang Kebaikan

1 Juni 2021   08:23 Diperbarui: 1 Juni 2021   13:01 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Dokumentasi pribadi

Sembari meraba-raba rangkaian kalimat dalam ingatan, Koesalah kembali berusaha menampakkan rayuan Pram kepadanya:

"Liliek. Apa kabar, Liliek? Tulislah untuk mas Pram, ya? Ceritakan, bagaimana sekolahmu, pelajaran apa yang menarik Liliek. Mas Pram suka terkenang dengan mata Liliek yang pemimpi. Tulislah untuk mas Pram, ya?", (Keosalah Soebagyo Toer, 2009; 15).

Meski demikian, Koesalah tidak pernah sempat dan secara sengaja membalas balik kedatangan surat-surat itu. Bahkan Koesalah kecil belum pernah menulis surat dan tidak pernah tahu apakah Mbak Oem dan bapaknya membalas setiap surat dari mas Pram. Yang ia tahu hanya satu, mas Pram akan segera kembali ke Blora.

Sisi unik lainnya, adalah kebiasaan Mbak Oem yang memang menjadi tulang punggung keluarga tatkala bapak sedang tidak ada di rumah. Tidak hanya urusan domestik yang ia penuhi, namun Mbak Oem juga kerap membaca buku-buku milik bapak dan surat dari mas Pram secara keras-keras di depan adik-adiknya.

Betapapun hingar-bingar peperang dan ancaman dari kolonialisme Belanda terus menggempur setiap daerah di Jawa Tengah termasuk Blora tapi kepentingan atas pengetahuan itu harus dikelola. Sementara Mbak Oem sibuk melakukan perjuangan untuk membuka jendela pengetahuan adik-adiknya, di lain pihak bapaknya harus tetap mengajar SMP yang menumpang di gedung Muhammadiyah, Blora. Setelah beliau sempat ditahan dan dibebaskan oleh kolonial Belanda dengan syarat tetap mengajar, meski sudah terusir dari gedung SMP Blora III, (Koesalah Soebagyo Toer, 2009: 18).

Dari memoar kepelikan cerita kehidupan keluarganya dan rayuan Mas Pram itulah  Keosalah Soebagyo Toer berhasil menceritakan kembali tentang seluk-beluk kehidupannya ke hadapan pembaca melalui karyanya yang berjudul: Bersama Mas Pram Memoar Dua Adik Pramoedya Ananta Toer.

Untuk melengkapi dan menyempurnakan alur cerita kehidupan yang sempat dialami keluarganya, Koesalah juga meminta Soesilo Toer untuk turut berkontribusi terhadap karyanya itu.

Dengan membaca bukunya Koesalah, setidaknya kita bisa tahu bahwa mengganyang literasi itu tidak lain adalah proses untuk menjadi dan ladang kebaikan bagi yang lain. Meskipun secara tidak sadar karya yang berhasil ditulis oleh Koesalah sendiri berpijak pada geliat literasi yang telah dibangun sekian lama oleh Pram.

Pendek kata, Pram sebagai tokoh sentral yang hendak dikokohkan eksistensinya oleh kehadiran karya Koesalah. Namun, bagi saya pribadi itu bukanlah masalah. Yang menjadi masalah krusial adalah kapan Anda hendak memutuskan diri untuk menulis dan berkarya?

Tulungagung, 1 Juni 2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun