Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Trikotomi Versi Geertz dan Tiga Golongan yang Mendapat Lindungan Allah SWT

18 September 2020   15:09 Diperbarui: 18 September 2020   16:27 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Khotbah Jumat di masjid Al-Azhar Kutoanyar hari ini menjelaskan tentang golongan orang-orang yang mendapatkan lindungan dari Allah SWT.

Lantas pertanyaan mendasarnya, siapakah gerangan golongan yang dikatakan mendapat lindungan dari Allah SWT tersebut? Apakah tiga golongan yang dimaksudkan tersebut bersesuaian dengan trikotomi yang disebutkan oleh Clifford Geertz?

Seperti halnya yang termaktubkan dalam buku The Religion of Java, di mana tatanan kelakuan beragama dalam kebudayaan masyarakat Jawa dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yaitu kelompok Abangan, Santri dan Priyayi.

Kelompok Abagangan didefinisikan sebagai orang-orang yang menyakini keberadaan Tuhan sekaligus memegang teguh keyakinan dan tradisi kejawen yang diwariskan oleh nenek moyang masyarakat Jawa.

Namun, di satu sisi yang lain dalam perkembangannya, kelompok Abang ini pada era ekspansi agama-agama samawi banyak orang yang mencari 'aman' dengan memeluk agama formal (red; Hindu, Buddha, Kristen, Katolik, Islam) yang diakui negara.

Alhasil ada dua wajah dalam setiap seremonial spiritualitas mereka. Tersebutkanlah keadaan itu dengan istilah sinkretisme. Geertz menyebutkan hal itu sebagaimana dapat dilihat dari tradisi-tradisi sakral dalam setiap fase kehidupan masyarakat Jawa. Mulai dari jabang bayi sampai meninggal dunia selalu ada upacara slametan yang meliputinya.

M. Soehadha dalam bukunya yang berjudul 'Orang Jawa Memaknai Agama' mendeskripsikan kelompok ini sebagai orang-orang yang mencari kesempurnaan sejati dalam beragama. Sehingga melalui alasan itu pula tidak heran apabila ditemukan ada pemeluk agama Islam namun ia juga mengikuti kelompok penghayatan, kebatinan ataupun kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Terkait cara mengekspresikan pemeluk agama jenis ini sedikit-banyak telah saya singgung dan dituangkan pada skripsi jenjang strata satu 2017 yang lalu.

Kedua, kalangan santri. Kelompok ini dilekatkan pada para pedagang Gujarat India yang melakukan transaksi jual-beli sekaligus ekspansi agama Islam di pesisir Selatan daerah pulau Jawa. Mereka (Gujarat) singgah, menikah dan kemudian menetap di tanah Jawa hingga akhirnya mengajarkan agama Islam pada masyarakat Jawa secara luas.

Bahkan menurut Nur Syam dalam karyanya 'Islam Pesisir', disebutkan dalam perakteknya jaringan dakwah Islam (islamisasi) tersebut berhasil memunculkan ulama-ulama besar di tanah Jawa, termasuk di dalamnya dua ulama besar pendiri manhaj Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Khususnya kalangan Islam yang sangat permisif terhadap religio-kultural dan tradisi lokal yang ada di tanah Jawa.

Pendek kata, kalangan santri di sini adalah mewakili mereka yang mempelajari pendidikan agama Islam di satu pondok pesantren kepada seorang kiyai ataupun ustadz.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun