Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2023 menunjukkan bahwa suhu global telah meningkatkan lebih dari 1,1C dibandingkan masa pra industri. Tanpa upaya serius untuk menahan laju pemanasan, dunia berisiko melampaui ambang batas 1,5C dalam waktu dekat batas yang dipandang sebagai titik kritis menuju kerusakan iklim besar-besaran.
Di Indonesia, sector energi dan transportasi menjadi penyumbang utama emisi gas rumah kaca, menurut data kementerian lingkungan hidup dan kehutanan (KLHK). Di sisi lain, kualitas udara di sejumlah kota besar seperti Jakarta dan Bandung terus memburuk, bahkan sering masuk dalam kategori tidak sehat berdasarkan pemantauan IQair.
Sayangnya, meskipun ilmu pengetahuan telah memberikan peringatan yang jelas dan bukti sudah ada di depan mata, langkah nyata dari pemerintah, pelaku usaha, hingga masyarakat belum sepadan dengan tingkat ancaman yang ada. Sudah saatnya ada terobosan kebijakan dari transisi ke energi terbarukan, pengurangan emisi secara signifikan, penguatan transportasi publik yang ramah lingkungan, hingga edukasi lingkungan yang dimulai sejak usia dini.
Namun tanggung jawab bukan semata berada di tangan pengambil keputusan. Kita semua bisa ikut andil. Dengan mulai menggunakan transportasi umum, mengurangi konsumsi plastik, serta memilih gaya hidup berkelanjutan, kita bisa membuat perubahan meskipun kecil.
Jika kita tetap diam, maka bukan hanya bumi yang akan rusak, tapi juga masa depan anak cucu kita. Krisis iklim adalah masalah kolektif, dan hanya diatasi melalui aksi bersama.
Planet kita sedang memberi peringatan keras, dan kita tak bisa terus berpura-pura tak mendengar nya. Sekecil apa pun tindakan yang kita ambil harini, bisa menjadi penyelamat untuk dunia yang lebih layak di huni untuk esok hari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI