Saya sering menyampaikan kisah ini dalam ceramah, terutama ketika jamaahnya ibu-ibu atau remaja putri. Dari sosok seorang perempuan sederhana bernama Ummu Muthi’ah, kita dapat menggali banyak inspirasi tentang kesetiaan, ketulusan, dan cinta yang berbuah surga.
Setiap Muslimah tentu mendambakan surga. Bahkan banyak yang berharap bisa menjadi yang pertama kali melangkah ke dalamnya. Wajar bila bayangan itu pernah singgah di hati Siti Fatimah, putri kesayangan Rasulullah ﷺ. Namun, ketika ia bertanya kepada ayahandanya, jawaban Rasulullah ﷺ sungguh mengejutkan:
“Perempuan yang pertama kali masuk surga adalah seorang wanita bernama Muthi’ah.”
Bukan dirinya, bukan pula istri Rasulullah ﷺ, melainkan seorang perempuan sederhana yang tak banyak dikenal. Fatimah pun penasaran, siapa gerangan wanita ini dan amalannya hingga mendapat kehormatan begitu tinggi?
Fatimah Mencari Jawaban
Dengan izin suaminya, Ali bin Abi Thalib, Fatimah pergi menuju rumah Ummu Muthi’ah. Namun, kedatangannya bersama Hasan sempat ditolak dengan halus. “Saya belum mendapat izin suami untuk menerima tamu laki-laki, meski ia masih kecil,” ujar Ummu Muthi’ah.
Fatimah terkejut, tapi juga kagum. Beberapa kali ia mencoba datang, hingga akhirnya ia disambut dengan baik ketika datang sendirian. Dari sini terlihat betapa hati-hatinya Ummu Muthi’ah dalam menjaga adab dan ketaatan kepada suaminya.
Kesederhanaan yang Mulia
Rumah Ummu Muthi’ah sangat sederhana. Tak ada perabot mewah, tapi bersih, rapi, harum, dan menenangkan. Hasan dan Husain pun betah bermain di sana.
Ia menyiapkan makanan untuk suami dengan penuh perhatian. Di samping nampan makanan, ia letakkan sebuah cambuk. Ketika Fatimah bertanya, Ummu Muthi’ah menjawab: