Mohon tunggu...
Mama Totik
Mama Totik Mohon Tunggu... Administrasi - Bincang Ringan di Ruang Imaji

Coffee - Books - Food - Movie - Music - Interior - Art - Special Parenting www.debiutilulistory.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

PDAM, Oh.. PDAM

9 November 2015   16:31 Diperbarui: 9 November 2015   18:50 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kicauan pertama burung-burung terdengar. Jam 04.00 pagi ! Aku melompat dari tempat tidur. Masih dengan mata setengah tertutup kubuka kran air.

“Yah mati lagi...” buru-buru aku menuju ke depan rumah. Kran di halaman depan rumah kuputar. Kalau air di situ mengalir, berarti air menyala tapi tekanan air kecil, tidak mampu mengalir sampai ke rumah. Sia-sia. Kran depanpun mati! Artinya memang mati total...t o t a l.

Astaga...masak hari ini aku nggak mandi lagi ? Ini Senin, dan hari terakhir mandi itu seingatku, hehehe pakai kata seingat, Sabtu pagi. Kejam sekali PDAM ini. Mereka pikir kami tinggal di negara dingin apa, yang tidak perlu sering-sering mandi ? Ini Semarang mpooook....udara di sini puanaaaas sekali. Dalam kondisi normal saja, orang bisa 3-4 kali mandi sehari. Lah ini ?

“Mati ya bu ?” sapa tetangga yang pagi itu juga nampak kecele menengok keran depan rumahnya.

“Iya...payaaah...mana cucian baju dan piring numpuk lagi”

“Iya samaaaa...”ibu sebelah memasang muka cemberut.  Dih si ibu, mukanya seram banget. Setahuku ibu sebelah ini memang penggila kebersihan. Rumahnya kinclong clong sampai ke lantai lantai terasnya. Hobbynya ngepel, bersih-bersih. Pasti dia menderita tekanan batin berat dengan matinya air PDAM hingga berhari-hari.

“Mammmmm.....airnya masih mati ????” suara teriakan parau anakku dari dalam rumah.  Duh si mamas pasti perlu air buat keperluan rutin paginya, nongkrong di wc. Buru-buru aku masuk.

“Iya sayang, masih mati. Kamu pakai air mineral dulu ya buat bilas. Pagi ini nggak usah mandi, cukup BAB-pipis, cuci muka dan sikat gigi. Nanti pakai parfum banyak-banyak” kataku mengajari

Si mamas cemberut. Anak satu ini memang pembersih sekali. Baginya ke sekolah tanpa mandi itu luar biasa jorok. Tapi mau bagaimana lagi. Persediaan tandon sudah habis kemarin. Galon air mineral juga tinggal satu. Mini market masih tutup. Harus berhemat. Setidaknya si mamas dan papap harus tampil rapi. Aku sih punya banyak cara untuk tetap bisa tampil rapi. 

Bling...bling...bling....

Siapa sih sepagi ini sms ? Kusambar handphone di meja. Aih...Supri si tukang sayur.  “Selamat pagi bu, mau nitip belanjaan apa pagi ini ? “ tulisnya di sms. Aku nggak belanja, nggak masak hari ini, nggak punya air. Balasku. Bagaimana mau masak ? Air saja terbatas.

Air memang kebutuhan vital bagi manusia. Kata kakakku, tidak punya uang tidak kelihatan, tapi kamu tidak punya air kelihatan banget. Hehehe...benar sekali, muka kucel, aroma badan kurang sip. Meskipun sudah pakai make up rapi dan parfum, aura kucel masih terlihat. Daya pembersih air tak terkalahkan.

Bukan cuma manusia yg menjadi repot, tanaman di pot, binatang peliharaan semua perlu air. Tanaman di pot-potku sudah mulai layu. Secangkir dua cangkir air mineral sangat kurang bagi mereka.

“Mam, bajuku ini kumasukkan keranjang cucian atau bagaimana ?” tanya si mamas.

“Nggak usah, dihanger saja, nanti diparfum”

“Tapi sudah dari kemarin mam...”

“Nggak ada air. Laundry juga nggak terima lagi. Masak harus dryclean ? Kemahalan, itu cuma baju rumah” tegurku. Laundry di dalam perumahan maupun di luar perumahan juga sudah mulai menolak order. Merekapun kesulitan dengan air bersih.

Kekeringan kali ini memang luar biasa. Bukan cuma di perumahan kami, dan sekitarnya. Tapi nyaris di seluruh area kota. Mungkin cuma di rumah dinas pejabat seperti walikota & gubernur saja yang lancar mengalir. Masak iya sih aku harus numpang mandi di rumah pejabat? Entah sudah berapa kali aku melapor ke PDAM, tapi sampai sekarang mereka tetap tidak bisa mengalirkan air karena berbagai alasan. Yaah...mau bagaimana lagi, pelanggan sepertinya memang harus bersabar.

Jam 8 pagi air mengalir deras. Tapi astaga....perasaan aku cuma langganan air biasa lho...kok PDAM berbaik hati sekali mengalirkan kopi gratis ? Air mengalir berwarna hitam keruh bercampur lumpur, persis kopi. Tinggal diberi gula pasir saja, jadilah kopi manis. Hehehe. 

“Maaf bu, itu karena sambungan pipa baru ke daerah Pleret. Akan segera kami wash out. Tunggu ya bu”. Jawab PDAM atas komplainku. Ya deh pak... Setelah bak mandi kukuras kinclong, aku menunggu beberapa jam. Aku menadah air, eh lumayan bening meskipun belum 100% jernih. Siap untuk dialirkan nih, pikirku. Maka dengan girang aku mengalirkan air. Sambil menunggu bak penuh, aku bersih-bersih rumah. Langkahku mendadak terasa ringan, hati ini girang sekali. Apa sih yang tidak lebih membahagiakan di dunia ini selain ketersediaan air ? Siang ini aku akan mandi sepuas-puasnya, luluran, cuci rambut, muka, dsb. Aku juga akan mencuci piring sampai mengkilat. Oh ya, lantai rumah juga sudah beberapa hari tidak dipel. Kangen aku dengan aroma parfum obat pel. Kalau tidak salah aku terakhir membeli aroma jeruk segar, aroma favoritku. Tanaman di pot jangan dilupakan, mumpung air mengalir, daun-daunpun harus dicuci bersih, kasihan sudah berhari-hari tertutup debu. Pakaian juga harus dicuci dan diberi pewangi. Aku masih kesal dengan penolakan laundry-laundry kemarin. Sekarang mereka tahu rasa...memang yang bisa cuci baju cuma kalian ?

Aku masuk kamar mandi. Kupandangi bak mandiku, baru terisi sekitar 10 cm. Dengan takjub kupelototi keran air. Astaga.....mati lagi ??????? Capeeeek deeeeh. Samar-samar kudengar suara jerit histeris kejengkelan ibu tetangga. Entah berapa desibel. PDAM...oh PDAM...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun