Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indahnya Persahabatan

13 April 2018   17:47 Diperbarui: 13 April 2018   18:14 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua hari yang lalu, kakak saya mengirim pesan via whatsup. Isi pesannya mengabarkan bahwa ibu R --tetangga sebelah rumah ibu saya di kampung-- meninggal. Ibu R juga guru saya sewaktu SD. Berhubung jauh dari rumah, saya tidak bisa datang. Saya titip salam lewat kakak saya yang berencana untuk melayat ke kampung keesokan harinya.

Ibu R dimakamkan keesokan harinya. Sepulang dari melayat, tentu saja kakak mampir ke rumah ibu. Siang itu masuk lagi pesan WA dari kakak. Katanya ibu saya sakit, kemudian dicek kadar gulanya dan ternyata memang tinggi. Ibu saya sudah 13 tahun menderita Diabetes Melitus dan sudah berulang-kali terkena gangren.

Sebagai anak perempuan, seringkali saya hafal dengan pola emosi ibu saya yang menderita Diabetes Melitus. Sejak menderita DM, ibu mudah sekali terbawa perasaan dan sedikit sensitif. Saya yakin pasti ibu saya bersedih karena kehilangan tetangga sekaligus teman baiknya. Kemudian saya mencoba mengingat-ingat lagi bahwa hubungan ibu saya dengan ibu R bisa dibilang dekat sebagai sahabat.

Saya jadi teringat, ketika ibu saya sakit dan harus tinggal di rumah kakak saya (1 jam dari kampung) dalam waktu lama, ibu R pernah menitip sebuah surat. Surat tersebut dititipkan ke tetangga yang kebetulan menjenguk ibu saya. Kakak saya menceritakan lewat telpon waktu itu.

Ibu saya termasuk tipe melankolis yang mudah terharu. Di tengah masa pemulihannya,  beliau bertambah haru membaca surat itu. Beliau-beliau adalah orangtua jaman old jadi masih suka dengan surat-menyurat. Inti dari suratnya adalah doa supaya lekas sembuh dan untuk tetap semangat menjalani pengobatan. Selain itu juga permintaan maaf karena tidak bisa datang menjenguk. Ibu R juga sedang dalam kondisi tidak fit sehingga tidak mampu menempuh perjalanan jauh.

Hmmm... mengingat cerita tersebut, saya semakin yakin pasti ibu saya terbawa perasaan sedih kehilangan sahabat. Karena itu saya balas WA kakak saya : "pasti Mami sedih kehilangan ibu R". Tak lama kemudian saya dan kakak saya tersambung dalam videocall. Ibu saya akhirnya bicara dengan saya. Ah... ternyata benar!

Saya tanya apakah ibu bersedih karena kehilangan teman baik? Beliau pun menjawab dengan jujur bahwa itu benar. Beliau merasa kaget setengah mati ketika mendengar kabar kepergian ibu R. Bagaimana tidak kaget, 3 hari sebelumnya mereka masih ke gereja bersama-sama. Pulang dari gereja berjalan berdua. Ibu menggandeng ibu R yang berusia lebih tua darinya. Ibu pun bercerita waktu itu anak ibu R mengajak mereka berdua untuk naik kendaraannya. Tapi ajakan tersebut ditolak oleh ibu R. Beliau bilang ingin jalan saja  bersama ibu saya.

Setelah itu ibu R masuk rumah sakit. Dua hari di rumah sakit, akhirnya beliau berpulang kepada Tuhan Sang Pemberi Hidup. Hmmm... saya bisa memahami kesedihan ibu saya. Saya pun hanya bisa bilang supaya ibu mengikhlaskan kepergian sahabat baiknya. Menutup percakapan videocall, saya melihat ibu saya kembali semangat. Semoga Tuhan selalu memberi penghiburan kepada beliau dan semoga ibu R beristirahat dalam kedamaian abadi bersama Tuhan.

Dari kejadian ini saya banyak belajar bahwa persahabatan selalu indah. Memang tak selalu mulus, seringkali benturan-benturan ego mewarnai jalinan persahabatan. Tapi bukankah disitu terdapat makna terdalam sebuah persahabatan? Jujur, saya terharu dengan momen terakhir persahabatan ibu saya dengan ibu R. Mereka berjalan berdua dan bergandengan tangan. Betapa manis dan indahnya dunia jika penuh cinta! 

Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi saudara dalam kesukaran ( Amsal 17 : 17)

Hmmm.... semoga saya pun bisa menjadi sahabat baik untuk orang di sekeliling saya.

Cikarang,  13 April 2018

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun