Mohon tunggu...
Mohamad Sastrawan
Mohamad Sastrawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Matraman

http://malikbewok.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Filsafat Intelijen

4 Juni 2012   16:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:24 2712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Apakah intelijen masuk dalam kajian pragmatisme atau berubah menjadi kajian yang sarat dengan teori-teori ilmiah? Jawabannya bisa dilihat dari berbagai sudut pandang dan perspektif. Namun, bagi mantan Kepala BIN AM Hendropriyono, intelijen bisa dilihat dari sisi ilmiah. Bahkan, sebagaimana ilmu pengetahuan lainnya, intelijen pun memiliki landasan epistemologis, yang disebut sebagai filsafat intelijen.

Filsafat intelijen dirumuskan Hendropriyono dalam disertasinya untuk mengimbangi hadirnya filsafat teror di tanah air. Filsafat yang dimaksud adalah ketika intelijen dikaji dalam ranah pemikiran. Kehadirannya menjadi proses dalam rancang bangun sebuah kajian pemikiran (ideologi) yang kemudian berdialektika dengan berbagai dimensi ilmu lainnya. Dengan adanya proses dialektika, maka intelijen akan diterima sebagai sebuah worldview (cara pandang terhadap dunia dalam konteks kekinian).

Pemaknaan terhadap teror menjadi lebih luas, karena diksi ini bisa dimanifestasikan ke dalam beberapa hal. Teror atas nama agama, politik, budaya, sosial dan lain sebagainya. Nah, filsafat intelijen ini hadir berhadapan dengan filsafat teror yang beraneka ragam tersebut. Jika filsafat teror dianalogikan dengan filsafat perang, maka filsafat intelijen diasosiasikan sebagai dasar sebuah nilai untuk meng-counter ide-ide mendasar dari tindakan teror.

Filsafat intelijen bergerak dalam ranah pemikiran yang nantinya menjadi dasar dari pragmatisme. Bisa saja dia menjalar dalam pola pikir masyarakat, karena dalam kehidupan ini ada pertarungan ide-ide dalam sistem nilai filsafat. Yang menjadi krusial untuk dipertanyakan adalah bagaimana respon masyarakat terhadap hal ini? Tentunya filsafat intelijen bermain dalam ranah estetika dan etika.

Halus, misteri, hampa dan tidak tersentuh menjadi ciri bagaimana pola pemikiran intelijen yang dibungkus dalam filsafat bisa berkembang. Modifikasi terhadap ideologi intelijen yang beraroma filsafat ini tentunya menjadi menarik. Misalnya, kerja-kerja intelijen juga dipoles dengan filsafat seni yang mengedepankan estetika. Contohnya adalah film Agent James Bond yang kaya dengan inovasi dalam melancarkan misi-misi negaranya. Dalam film tersebut, bagaimana sutradara menggambarkan agent 007 James Bond mampu menunjukkan cara-cara yang indah untuk menginfiltrasi musuh.

Intelijen dalam Pragmatisme

Setelah mengulas sedikit tentang filsafat intelijen, maka langkah yang tidak boleh dilupakan adalah pragmatisme intelijen. Dilihat dari sisi bahasa, Pragmatisme berasal dari kata pragma (Yunani) yang artinya tindakan atau perbuatan. Sedangkan isme adalah aliran atau paham. Dengan demikian, pragmatisme berarti aliran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan. Parameter kebenaran dalam aliran pragmatisme adalah ketika sesuatu itu bisa membawa suatu hasil melalui sebuah tindakan atau perbuatan.

Pragmatisme intelijen adalah sebuah cara kerja intelijen yang memiliki paramater kebenaran dari sudut pandang hasil sebuah tindakan atau perbuatan. Operasi intelijen yang dianggap sukses adalah yang mengedepankan pragmatisme. Bisa dibayangkan, apa yang akan dihadapi sebuah negara jika intelijennya tidak memiliki parameter keberhasilan.

Sangat menarik untuk menyajikan pragmatisme intelijen dengan filsafat intelijen. Karena dua hal ini tidak boleh dipisahkan. Ibaratnya adalah filsafat intelijen langit yang memberikan cahaya matahari, indahnya rembulan atau kesejukan air hujan. Sementara pragmatisme intelijen adalah bumi, sebuah tempat yang dihuni makhluk hidup.

Pragmatisme intelijen ini merupakan suatu usaha menyatukan ilmu-ilmu praktis tentang intelijen dengan filsafat. Masyarakat bisa merasakan peranan intelijen, karena dia sudah diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Pragmatisme intelijen akan mengambil peran tentang apa yang dilakukan manusia. Metode yang digunakannya sangat populer, untuk dipakai dalam mengambil keputusan melakukan tindakan tertentu.

Bagi kaum pragmatis, untuk mengambil tindakan tertentu, ada dua hal penting. Pertama, ide atau keyakinan yang mendasari keputusan yang harus diambil untuk melakukan tindakan tertentu. Dan yang kedua, tujuan dari tindakan itu sendiri. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan suatu paket tunggal dari metode bertindak yang pragmatis. Dengan demikian, apa yang menjadi tujuan dari keberadaan intelijen, maka bisa dicapai melalui tindakan yang memiliki parameter kebenaran. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun