Saat matahari terbit, gadis cantik bernama Alara Afsana atau biasa di panggil Ara oleh orang-orang disekitarnya. Ia terbangun pagi itu karena sinar matahari yang masuk ke dalam kamarnya. Ia langsung terbangun dari tidurnya dan bergegas untuk mandi. Lalu ia langsung bersiap-siap untuk berangkat ke sekolahnya. Ia bersekolah di SMA Garuda. Ara merupakan siswi kelas 12 IPA 2. Ia adalah anak yang pendiam. Namun ia sangat suka keramaian. Tingginya 154 cm dan mempunyai berat badan 39 kg. Hari ini Ara diantar oleh ayahnya ke sekolah naik sepeda motor yang dapat di katakan tidak sebagus yang orang-orang punya. Namun Ara tidak malu akan hal itu, karena ia sangat mensyukuri apa yang ia punya sekarang.
Sesampainyanya di sekolah, ia bertemu dengan teman-temannya. Ia mempunya dua orang sahabat, yaitu Adiba dan Afina. Ia bersahabat sejak masih SMP. Ara bukanlah gadis yang pintar akan pelajaran disekolahnya. Ia sangat membenci pelajaran Matematika. Namun ia sangat menyukai pelajaran Agama Islam. Berbeda dengan Adiba dan Afina, ia sangat menyukai pelajaran Matematika. Di antara mereka bertiga, Afina tidak sekelas dengan Adiba dan Ara. Tetapi mereka sangat dekat jika sudah di luar sekolah. Ara dan Adiba pun tidak dekat di sekolah, karena mereka mempunyai circle pertemanan lain. Tetapi untuk di luar sekolah mereka sangatlah dekat.Â
"Ehh Ra nanti kita ke rumah Adiba dulu yaa pulangnya" ucap Afina.
"Iye gua juga kepengen maen dulu sebelum pulang" jawab Ara.
Itulah kebiasaan mereka setiap pulang sekolah. Selalu kumpul dirumah Adiba hingga waktu malam hanya untuk berbincang ataupun tidur.Â
Hingga waktu jam pulang sekolah tiba ia langsung menuju ke rumah Adiba dengan menggunakan motor Afina. Sesampainya nya dirumah Adiba, seperti biasa mereka selalu bercerita akan kehidupan keluarganya. Dari mulai kehidupan Afina yang tidak pernah akur dengan mamanya, hingga kehidupan Adiba sehari-harinya. Ara hanya mendengarkan cerita mereka, ia sebenernya sangat malas untuk bercerita tentang kehidupan keluarganya. Kecuali, jika ia mempunyai masalah baru ia menceritakan kepada temannya.
Orang tua Ara bukanlah orang tua yang selalu melarangnya kemana saja ia pergi. Ara selalu di kasih kebebasan kemanapun ia mau maen tetapi harus tetap memberi kabar dia sedang apa dan di mana. Saat hendak memasuki rumah setelah pulang dari rumah Adiba, ia terjatuh hingga rok nya robek. Ia menangis kesakitan karena kakinya menabrak kaki sofa. Ia juga menangisi roknya yang robek. Karena ia tau, untuk membelinya yang baru butuh waktu untuk mengumpulkan duit nya tersebut. Dan ia tidak ingin membebani ayah dan ibunya.Â
"Kenapa de nangis?" Tanya ibu Ara.Â
"Sakit banget jatoh terus rok nya juga robek, udh mana besok rok nya harus di pake lagi, masa de pake rok yang robek" ucap Ara sambil menangis.
"Yaudah pake itu aja dulu, atau kalo de malu de pinjem aja ke Adiba atau Afina buat besok, nanti kalo ayah udah kerja ibu belikan yang baru yaa" ucap ibu Ara.
Ayah ara adalah seorang buruh biasa yang tidak mempunyai pekerjaan tetap atau bisa disebut pengangguran. Dahulu ayahnya mempunyai pekerjaan yang mempunyai gaji setiap Minggunya, hingga waktu Ara kelas 3 SD ayahnya mengalami stroke hingga menyebabkan ia kehilangan pekerjaannya. Saat itulah kakaknya yang menjadi tulang punggung keluarganya. Ara dan Nafisa mempunyai perbedaan umur 9 tahun. Nafisa adalah kakak satu-satunya Ara. Saat itu Nafisa baru saja lulus dari SMAnya namun ia harus menjadi tulang punggung keluarganya karena ayahnya tidak bisa lagi bekerja. Saat itu ia tidak jadi daftar kuliah karena harus bekerja. Berangkat dari jam 7 pagi dan pulang jam 9 malam. Dahulu yang bisa di lakukan ara hanyalah menjaga ayahnya. Ia sering nangis karena takut ayahnya meninggal. Tetapi tidak ada yang bisa ia lakukan lagi selain menjaganya. Ara selalu berpikir bahwa sakit yang di derita oleh ayahnya adalah karena dirinya.Â