Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis Biasa

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Musik, Antara Hiburan, Dikotomi serta Distorsi

28 Juni 2023   21:45 Diperbarui: 5 Juli 2023   08:59 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Musik antara sudut pandang dan selera manusia

Dengan berhasil diciptakannya musik, maka banyak orang yang merasa terhibur dengan alunannya. Meskipun tidak sedikit yang harus mengakhiri hidup karena mendengarkan jenis-jenis musik tertentu, yang begitu viral di jagat internet. Musik dan lagunya tidak saya sebutkan di sini, khawatir pembaca penasaran dan menjadi korban selanjutnya. hehe

Jika pendengar mendapatkan sensasi terhibur dan mendapatkan inspirasi atau energi untuk berbuat sesuatu yang bisa positif maupun negatif, ternyata bagi pemusik sendiri adalah usaha mencari hiburan dan satu cara mengekspresikan karya serta mencari materi.

Nah, ketika musik itu lahir dengan aneka pro dan kontra, baik pendapat ulama mengenai halal atau haramnya musik, serta beberapa narasi tentang musik yang beberapa tokoh membuat perbedaan antara musik bagi kalangan kaya dengan musik dengan kalangan terbelakang, maupun musik yang dianggap sebagai perwakilan kaum agamis dan non agamis. Adapula dikotomi tentang musik berdasarkan darimana asal muasal musik itu lahir.

Padahal musik itu sejatinya adalah kreasi dan olah seni dari orang-orang yang mencintainya. Dan musik itu sebagai sarana menghibur diri bagi penikmatnya yang tidak memandang darimana asalnya, apa jenis musiknya, dan siapa pemain dan pelantun lagunya. Musik adalah pilihan bagaimana mereka mengekspresikan sesuatu. Dan bagaimana mereka menikmati alunan nadanya dengan perasaan senang.

Terlepas ada dikotomi antara musik haram dan halal, ketika berkaitan dengan hiburan dan tidak menentang nilai-nilai Ketuhanan dan tidak menimbulkan huru-hara karena berisi propaganda dan teror, maka menikmati musik adalah sah-sah saja.


Seperti saya sendiri yang tidak begitu menolak ketika saya harus mendengarkan musik pop. Meskipun sedari kecil sudah menggandrungi lagu dari sosok yang dipanggil Bang Haji itu. Dan saya juga tidak berkeberatan jika mendengarkan lagu Rock seperti Scorpion, Deep Purple, Queen atau made in dalam negeri seperti Boomerang, Jamrud, Slank, Dewa dan masih banyak lagi. Begitu pula ketika saya ditawari sebuah musik Jazz atau jenis musik mellow sekalipun masih bisa saya nikmati. Apalagi musik daerah seperti Campur Sari, Gamelan, Gambus  dan sebagainya sebagai khasanah sebuah karya dari orang-orang yang berbakat di dalamnya.

Bagi saya menikmati musik adalah hiburan di sela-sela kita menikmati rutinitas pekerjaan yang membutuhkan relaksasi. Dan tentu saja dengan mendengarkan musik kita menghargai para pemainnya, yang tentu saja ketika kita memutarnya di youtube misalnya, para pemainnya mendapatkan royalti atau penghasilan atas karya yang dihasilkan. Atau kita memesannya lewat situs berbayar, yang tentu saja pundi-pundi penghasilan akan mereka dapatkan atas kerja keras dalam menciptakan jenis musik tersebut.

Kita boleh saja menikmati musik dan menganggapnya sebagai hiburan semata, karena dengan demikian kehidupan akan berimbang antara urusan dunia dan akhirat. Bahkan boleh jadi dengan menikmati musik tersebut kita mendapatkan pahala karena mendapatkan inspirasi dan hikmah kebaikan di dalamnya. Namun jangan sampai salah memahami jenis musik, karena banyak pula musik bernuansa Islami ternyata isinya hanyalah tentang cinta antara lelaki dan wanita, dan tidak ada sangkut pautnya tentang agama. Atau sebaliknya kita terjebak mencintai musik tertentu, tapi lupa bahwa ada syair-syair yang ternyata mengundang kesyirikan atau kesesatan dan permusuhan bagi kaum beragama.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun