Mohon tunggu...
Maksimus Masan Kian
Maksimus Masan Kian Mohon Tunggu... Guru Kampung

Pria

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tiga Guru Indonesia di Panggung Dunia

6 Oktober 2025   10:03 Diperbarui: 6 Oktober 2025   16:55 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Flyer Kegiatan Webinar PGRI Kabupaten Flores Timur (Sumber: Arsip Maksimus Masan Kian)

Dari ruang kelas sederhana di pelosok Nusa Tenggara Timur hingga ruang konferensi berpendingin di jantung Kota Bangkok, semangat tiga guru Indonesia menyala sama terangnya. Kami datang dari tiga daerah berbeda Banten Jawa Barat, Sidioarjo Jawa Timur, dan Flores Timur NTT namun membawa satu napas yang sama, menyalakan bara profesionalisme dan solidaritas guru Indonesia di kancah dunia.

Wijaya, Kepala SMP Negeri 3 Warunggunung, Banten; Lailatul Musyarofah, dosen Universitas PGRI Delta Sidoarjo, Jawa Timur; dan saya sendiri, Maksimus Masan Kian, guru SMP Negeri 1 Lewolema sekaligus Ketua PGRI Kabupaten Flores Timur, NTT.

Kami bertiga mendapat kehormatan mewakili Indonesia dalam kegiatan John Thompson Fellowship (JTF) Evaluation 2025, yang diselenggarakan oleh Education International Asia Pacific (EI-AP) di Bangkok, Thailand, pada 10--16 September 2025.

Program ini diikuti delapan organisasi guru dari enam negara, Indonesia, Malaysia, Filipina, India, Taiwan, dan Mongolia. Di forum itu, kami tak sekadar berbagi pengalaman, tapi juga belajar bersama tentang bagaimana organisasi profesi guru dapat menjadi motor perubahan pendidikan di masa depan.

Dari Tanah Abang ke Bangkok

Wijaya, Laila Musyarofah, Maksimus Masan Kian Tiba di Bandara Internasional Don Mueang (DMK) (Sumber Foto: Arsip Maksimus Masan Kian)
Wijaya, Laila Musyarofah, Maksimus Masan Kian Tiba di Bandara Internasional Don Mueang (DMK) (Sumber Foto: Arsip Maksimus Masan Kian)

Perjalanan kami dimulai di Gedung Guru Indonesia PGRI, Jalan Tanah Abang III, Jakarta sebuah tempat yang selalu hangat bagi siapa pun yang memperjuangkan martabat guru. Dari gedung itu, kami berangkat bersama menuju Bandara Soekarno-Hatta.

"Tidak pernah terbayang bisa sampai sejauh ini," ujar Wijaya pelan, sembari menatap langit pagi Tangerang yang mulai berwarna jingga. "Tapi kami percaya diri berada di tengah organisasi profesi dari berbagai negara."

Penerbangan memakan waktu sekitar empat jam. Saat pesawat mendarat di Bandara Don Mueang International Airport, Bangkok, rasa haru menyeruak. Kami bukan sekadar membawa nama pribadi, melainkan nama besar organisasi: Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) organisasi yang telah menemani perjalanan guru Indonesia selama lebih dari tujuh dekade.

Selama tujuh hari, kami bergabung dalam pelatihan intensif yang dimulai pukul 09.00 hingga 17.30 waktu Bangkok. Forum ini menghadirkan 19 peserta terpilih dari 50 orang yang sebelumnya mengikuti survei evaluasi JTF.

Menurut Anand, Direktur Regional EI-AP, program JTF dirancang untuk menyiapkan pemimpin organisasi guru masa depan. Materinya meliputi kepemimpinan, kesetaraan gender, advokasi, kampanye, rekrutmen anggota, hingga manajemen keuangan organisasi.

Fasilitator datang dari Kanada, Australia, Swedia, dan tim EI-AP. Metode pelatihan dibuat interaktif dan kolaboratif tidak ada peserta yang duduk diam. Setiap sesi menantang kami untuk merenung, berdialog, dan mengekspresikan gagasan tentang masa depan pendidikan.

"Pendekatan pembelajaran JTF sangat interaktif dan reflektif," ujar Lailatul Musyarofah. "Kami tidak hanya belajar teori, tapi juga menelaah nilai-nilai kepemimpinan yang humanis dan setara."

PGRI Jadi Sorotan

Maksimus Masan Kian, Laila Musyarofah, Wijaya  (Sumber: Arsip Maksimus Masan Kian)
Maksimus Masan Kian, Laila Musyarofah, Wijaya  (Sumber: Arsip Maksimus Masan Kian)

Dalam forum itu, PGRI mendapat kesempatan istimewa untuk mempresentasikan dua topik utama: "Keterlibatan Guru Muda dalam Kepengurusan" dan "Digitalisasi Keanggotaan."

Kedua tema ini mencerminkan wajah baru organisasi guru di Indonesia. Sejak 2021, PGRI melakukan union renewal pembaruan organisasi melalui transformasi digital dan pelibatan generasi muda dalam kepengurusan.

Presentasi kami disambut antusias. Beberapa peserta mencatat dan menanyakan bagaimana sistem digital keanggotaan dibangun, bagaimana rekrutmen anggota muda dilakukan, dan bagaimana PGRI menjaga semangat gotong royong di era digital.

Organisasi guru dari Malaysia, National Union of the Teaching Profession (NUTP), bahkan menyatakan ketertarikan untuk melakukan studi tiru. "Azizan dari NUTP sudah menyampaikan langsung niatnya kepada kami," ujar Wijaya, tersenyum bangga.

Lebih dari sekadar teknis, perhatian peserta juga tertuju pada nilai-nilai perjuangan yang kami bawa---tentang advokasi, kesejahteraan, dan bantuan hukum bagi guru yang menghadapi masalah di lapangan.

Bara yang Tak Padam

Flyer Kegiatan Webinar PGRI Kabupaten Flores Timur (Sumber: Arsip Maksimus Masan Kian)
Flyer Kegiatan Webinar PGRI Kabupaten Flores Timur (Sumber: Arsip Maksimus Masan Kian)

Sepulang dari Bangkok, bara itu tak padam. PGRI Kabupaten Flores Timur segera menggelar webinar bertema "Women Empowerment and Love-Based Leadership" pada 27 September 2025. Empat perempuan inspiratif diundang menjadi pembicara. Pembicara Kunci, Dr. Lailatul Musyarofah, M.Pd. (Ketua Perempuan PGRI Provinsi Jawa Timur. Narasumber, Aplunia Dethan, M.Pd. (Ketua PGRI Kota Kupang), Ribka Rolentiana Kekado, S.Pd., M.Si. (Ketua PGRI Kabupaten Kupang) dan Ariance B. Joru, S.Pd. (Ketua PGRI Cabang Ile Mandiri)

Kegiatan itu disambut positif oleh Direktur Regional EI-AP, Ketua Umum PB PGRI, dan PGRI Provinsi NTT. Webinar tersebut menjadi ruang kolaboratif yang membumikan semangat JTF: kepemimpinan yang berakar pada cinta, keberanian, dan solidaritas.

"JTF memberi kami pandangan baru sekaligus tantangan untuk menjadi pemimpin muda yang visioner dan inovatif," kata Wijaya.

Saya sendiri merasakannya lebih dalam: "Menjadi bagian dari JTF Evaluation Bangkok 2025 adalah kehormatan sekaligus kebanggaan. Forum ini bagaikan bara api yang menyalakan semangat untuk terus bergerak, menghidupkan organisasi, dan memperjuangkan kepentingan guru tanpa henti."

Menjadi Guru Dunia

Wijaya, Laila Musyarofah, Maksimus Masan Kian di Forum JTF 2025 (Sumber: Arsip Maksimus Masan Kian)
Wijaya, Laila Musyarofah, Maksimus Masan Kian di Forum JTF 2025 (Sumber: Arsip Maksimus Masan Kian)

Momentum Hari Guru Sedunia 2025, dengan tema global "Recasting Teaching as a Collaborative Profession" (Menempatkan kembali profesi guru sebagai profesi kolaboratif), terasa sangat selaras dengan perjalanan kami bertiga.

Dunia pendidikan kini menuntut kolaborasi, bukan kompetisi. Tidak ada negara yang bisa membangun sistem pendidikan berkualitas tanpa membangun komunitas guru yang saling belajar, saling mendukung, dan saling menginspirasi.

Dari Tanah Abang ke Bangkok, dari kelas sederhana di Flores Timur hingga forum internasional yang dihadiri peserta dari enam negara, kami membuktikan bahwa guru Indonesia tidak kalah. Kami hadir bukan sebagai penonton, melainkan sebagai pembelajar sejati dan pemimpin perubahan.

Pendidikan tidak pernah berhenti di ruang kelas. Ia hidup dalam semangat para guru yang terus menyalakan api, bahkan ketika dunia berubah cepat. Investasi terbesar dalam pendidikan bukanlah gedung megah atau teknologi mutakhir melainkan guru itu sendiri. Guru yang mau belajar, mau berbagi, dan berani berdiri sejajar di panggung dunia.

Dan di sana, di ruang konferensi EI-AP Bangkok 2025 itu, kami bertiga menyadari satu hal sederhana tapi kuat: menjadi guru berarti terus menyalakan api perubahan, dari kelas kecil di pelosok hingga panggung dunia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun